Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Museum Loka Budaya yang Disebut Tertua di Papua

Kompas.com - 28/07/2022, 12:29 WIB
Roberthus Yewen,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com- Ribuan koleksi benda seni dan budaya mengenai masyarakat Papua tersimpan rapi di Museum Loka Budaya di Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen), Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua.

Museum tersebut disebut sebagai museum tertua di tanah Papua.

Berdiri tahun 1970, museum diresmikan secara langsung oleh Direktur UP dan Dirjen P&K pada masa Orde Baru, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada 1 Oktober 1973.

Baca juga: Kisah Antoneta Okoka, Anak Nelayan Papua yang Jadi Siswa Terbaik Prajurit TNI AL

Pengelola Museum Loka Budaya di Papua, Hendriko Kondologit mengungkapkan, ada 2.000 koleksi benda tentang kehidupan orang Papua di museum ini.

“Yang terpamerkan di dalam museum ada sekitar 1.000 lebih benda material yang mengambarkan kehidupan Orang Asli Papua (OAP),” ungkapnya kepada Kompas.com.

Ribuan koleksi material ini, kata Hendriko, berasal dari berbagai macam suku-suku yang ada di Papua.

Termasuk ada juga benda-benda budaya yang dari negara tetangga Papua New Guinea (PNG).

Baca juga: Polisi Ungkap Modus Sindikat Pencuri Motor di Papua, Pakai Kabel untuk Menyalakan Kendaraan

“Benda-benda material yang dikoleksi oleh museum tertua ini setidaknya memberikan pemahaman kepada peserta tentang keragaman jenis benda-benda kebudayaan material yang dimiliki, baik peralatan hidup, peralatan makan, peralatan transportasi, peralatan menangkap ikan dan peralatan religi atau kepercayaan, termasuk peralatan musik,” jelas dia.

Baca juga: Sindikat Curanmor di Papua Ditangkap, 2 Pelaku Terjaring Saat Razia di Jalan Trans Jayapura-Wamena

 

Kapak batu, merupakan salah satu benda pembayaran maskawin masyarakat di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua yang dikeloleksi dan menjadi benda budaya di museum tertua tersebut.KOMPAS.COM/Roberthus Yewen Kapak batu, merupakan salah satu benda pembayaran maskawin masyarakat di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua yang dikeloleksi dan menjadi benda budaya di museum tertua tersebut.
Benda budaya

Di museum ini terdapat peralatan musik dari berbagai suku yang ada di Papua, seperti tifa, terompet, stand bass, dan berbagai peralatan musik lainnya.

Hendriko yang juga merupakan Dosen Antropologi Universitas Cenderawasih mengemukakan, ada peralatan budaya lain yang dapat menghasilkan bunyi atau suara. Benda-benda ini memiliki korelasi dengan musik.

Menurut Hendriko, benda-benda budaya yang dapat menciptakan suara seperti koteka dan ikat pinggang yang dimiliki oleh Suku Walsa di Waris.

Ketika digerakan, benda-benda tersebut akan menimbulkan suara. Begitu pula dengan benda budaya yang ada di daerah Wagete Paniai.

“Ini benda-benda budaya yang digunakan oleh masyarakat Papua di daerah-daerah tertentu yang ketika digunakan akan menciptakan suara atau bunyi, sehingga bisa menciptakan musik,” tuturnya.

Baca juga: Saat Kapolda Papua Barat Terima Senjata Api yang Dijadikan Maskawin oleh Warga...

Tak hanya itu, Hendriko menambahkan, di museum ini terdapat bermacam-macam koleksi benda budaya milik orang Papua.

Seperti peralatan perang yakni tombak, tulang kasuari, perisai dan lain sebagainya.

Selain itu, ada peralatan benda yang biasa digunakan untuk pembayaran maskawin dari berbagai suku di Papua, misalnya kapak batu, gelang dan kalung dari taring babi atau kasuari, kain timur, piring gantung.

“Museum ini menyimpan beragam benda budaya yang sangat melekat dengan kehidupan orang Papua, seperti benda-benda untuk pembayaran maskawin dan benda-benda yang digunakan untuk peralatan perang,” ujarnya.

Baca juga: Kumpulkan Data Penyandang Disabilitas di 29 Kabupaten/Kota, KPU Papua: Memang Belum Akurat

Tengkorak

4 tengkorak kepala manusia yang merupakan koleksi di museum tertua milik Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua tersebut.KOMPAS.COM/Roberthus Yewen 4 tengkorak kepala manusia yang merupakan koleksi di museum tertua milik Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua tersebut.

Di dalam museum ini terdapat beberapa tengkorak kepala manusia yang masih tersimpan.

Ada kurang lebih empat tengkorak kepala manusia yang menjadi koleksi.

Dia menyebutkan bahwa tengkorak kemenangan atau musuh, dahulu pada umumnya digantung secara berkelompok di pintu masuk rumah keluarga.

"Semua tulang rahang bekas kepala musuh selalu dibuang dan diberikan kepada perempuan yang digunakan sebagai gantungan kalungnya," kata Hendriko.

Baca juga: Ajudan Bupati Mamberamo Tengah Menyerahkan Diri ke Propam Polda Papua

Menurut Hendriko, tengkorak di beberapa desa atau kampung dicat dengan warna merah, putih, dan hitam dengan simbol kasuari di dahinya.

Mata dan lubang hitung tengkorak-tengkorak ini diisi dengan lilin lebah dan disisipi dengan biji perunggu dan biji abrus merah, serta sedikit kerang.

Beberapa koleksi tengkorak ini kini menjadi salah satu benda budaya yang tersimpan di museum tertua tersebut.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Sulteng, Sultra, Maluku, Malut, Papua, dan Papua Barat 27 Juli 2022

 

14 Musisi dari seluruh Indonesia ketika berkunjung ke Museum Tertua di Papua ini. Mereka mendapatkan keterangan langsung dari Hendriko Kondologit tentang beragam koleksi budaya yang tersimpan di dalam museum tersebut.KOMPAS.COM/Roberthus Yewen 14 Musisi dari seluruh Indonesia ketika berkunjung ke Museum Tertua di Papua ini. Mereka mendapatkan keterangan langsung dari Hendriko Kondologit tentang beragam koleksi budaya yang tersimpan di dalam museum tersebut.
Pengunjung

Museum tertua ini berada di lokasi yang sangat strategis.

Tak heran jika setiap hari ada saja kunjungan dari berbagai pihak untuk melihat langsung ribuan koleksi budaya yang terpampang.

Ada pengunjung yang berasal dari masyarakat lokal di Papua.

Ada pula para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Tak hanya itu, para peneliti juga sering mengunjungi museum yang telah berdiri sejak 52 tahun silam ini.

Baca juga: Wamendagri Apresiasi Berbagai Pihak atas Dukungan terhadap Pembentukan Provinsi Papua Tengah

Beberapa minggu lalu, 14 musisi muda Indonesia dari berbagai provinsi mengunjungi museum.

Mereka merasa kagum dengan ribuan koleksi benda budaya milik masyarakat Papua yang masih dirawat dan terjaga dengan baik.

Halida Bunga Fisandra, salah satu dari 14 musisi muda Indonesia ini merasa kagum dengan berbagai ragam koleksi budaya.

“Saya merasa kagum dan senang, sebab bisa melihat langsung berbagai benda budaya yang dimiliki masyarakat Papua. Ini merupakan kali pertama saya mengunjungi museum ini,” katanya.

Baca juga: Propam Polda Papua Telah Menahan 4 Anggota Polisi yang Diduga Terlibat Pelarian Bupati Mamberamo Tengah

“Kita tidak hanya melihat saja benda-benda budaya yang ada di museum, tetapi kita juga dapat penjelasan secara terperinci, sehingga kita bisa mengetahui setiap benda budaya yang ada di museum,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Rumah Rusak Diterjang Pergerakan Tanah di Bandung Barat

9 Rumah Rusak Diterjang Pergerakan Tanah di Bandung Barat

Regional
Mereka yang Pergi dan Datang di Balik Kemegahan IKN

Mereka yang Pergi dan Datang di Balik Kemegahan IKN

Regional
Harga Daging Sapi di Pasar Kebumen Naik Jelang Idul Fitri

Harga Daging Sapi di Pasar Kebumen Naik Jelang Idul Fitri

Regional
Penerimaan Bintara Polisi di Papua, Ada Kuota Khusus untuk Anak Kepala Suku

Penerimaan Bintara Polisi di Papua, Ada Kuota Khusus untuk Anak Kepala Suku

Regional
Terungkap Asal Puluhan Senjata Api di Bandung, Dititipi Suami yang Ditahan di Lapas Cipinang

Terungkap Asal Puluhan Senjata Api di Bandung, Dititipi Suami yang Ditahan di Lapas Cipinang

Regional
Pesta Sabu dengan Temannya, Caleg Gagal Asal Pati Diringkus Polisi

Pesta Sabu dengan Temannya, Caleg Gagal Asal Pati Diringkus Polisi

Regional
Banjir Demak Berangsur Surut, Ribuan Orang Tinggalkan Pos Pengungsian

Banjir Demak Berangsur Surut, Ribuan Orang Tinggalkan Pos Pengungsian

Regional
Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Regional
Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Regional
SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

Regional
Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Regional
Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Regional
Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Regional
Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Regional
Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com