"Melompati rintangan, tangan dan kaki terpakai semua. Terus ada juga gerakan yang menopang dada. Jadi memang seluruh bagian tubuh ikut gerak," tutur Aldi.
Selain itu, salah satu anggota Fly To Sky lainnya, Riski menuturkan, gerakan parkour tidak hanya dapat dipraktikkan di lapangan, namun juga bisa dilakukan secara kondisional.
"Misal kita sedang dikejar waktu, nah bagaimana kita bisa melewati itu tanpa harus muter. Jadi main parkour tidak harus di lapangan," tutur Riski.
Riski menyebut, selain melatih refleks atau kepekaan tubuh, parkour juga melatih mental bagi dirinya. Alasannya, sebelum melakukan parkour, Riski harus meyakinkan sekaligus memberanikan diri.
Lantaran demikian, tidak banyak masyarakat yang menganggap parkour sebagai olahraga yang ekstrim. Sehingga, Riski berharap, adanya Fly To Sky ini diharap bisa mengubah stigma tersebut.
"Banyak yang bilang ini ekstrem. Makanya kita ingin menghilangkan doktrin ekstrimnya ke masyarakat," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.