DONGGALA, KOMPAS.com - Puluhan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, turun ke lokasi penanaman bakau atau mangrove. Tepatnya di Kelurahan Tanjung Batu, Kecamatan Banawa.
Kegiatan ini juga bertepatan dengan Hari Mangrove Sedunia tanggal 26 Juli.
Saat air laut tengah surut, puluhan pelajar itu menanam bibit mangrove ke lahan yang disediakan. Dengan semangat tinggi para siswa SD ini terjun ke lokasi tanpa beralas kaki.
Satu demi satu bibit mangrove itu ditanam dan diikatkan ke potongan bambu yang sudah ditancapkan sebelumnya. Tujuannya untuk menjaga agar bibit mangrove tak tersapu ombak saat air laut pasang.
Baca juga: 55 Persen Hutan Mangrove di Kepri Rusak
Para siswa SD itu juga tampaknya tak peduli seragamnya terkena lumpur.
Salah satu pelajar SDN 15 Donggala, Moh Risky (12) mengaku bisa mendapat pelajaran dari aksi menanam mangrove ini. Risky juga paham mengapa mangrove ini harus dilestarikan
"Untuk menahan ombak," begitu kata Risky, Selasa (26/7/2022).
Manajer Program Ekosistem Kelautan Yayasan KEHATI, Toufik Alansar mengatakan, pentingnya menjaga mangrove dan melestarikannya. Menurutnya banyak kajian menyatakan bahwa selain mencegah abrasi, mangrove sangat efektif dalam meredam terjangan tsunami.
Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia pada 26 Juli 2022, Yayasan KEHATI bersama Komunitas Sahabat Mangrove Tanjung Batu, Pejuang Mangrove Kabonga Kecil dan Pemerintah Donggala menanam bibit mangrove di lahan seluas 1 hektar di perairan Teluk Palu Donggala.
“Walaupun berangkat dari mitigasi bencana, program konservasi mangrove ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat lain bagi keberlangsungan mahluk hidup, terutama masyarakat sekitar,” ujar Toufik Alansar.
Toufik menambahkan bahwa banyak manfaat yang dapat dirasakan dari program ini di beberapa tahun ke depan. Secara fisik, keberadaan hutan mangrove di pesisir merupakan sabuk hijau yang melindungi daratan dari bahaya erosi, abrasi, mengurangi aktivitas pasang surut air laut, dan menahan gelombang air laut dan tiupan angin.
Selain itu, secara ekologi dapat mengembalikan fungsi-fungsi ekosistem hutan mangrove sebagai daerah pembiakan (spawning ground) dan daerah pembesaran (nursery ground) bagi sejumlah biota laut seperti udang, ikan, kepiting dan kerang–kerangan.
Hal terpenting, program konservasi mangrove merupakan bagian dari program mitigasi perubahan iklim dan pembangunan rendah karbon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.