Di daerah itu juga, raja mendirikan tempat ibadah yang disebut Tihi Lo Hunto atau saat ini dikenal sebagai Masjid Sultan Amai.
Masjid menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan Islam di Gorontalo.
Pada tahun 1590, Raja Amai digantikan putranya, Motolodulakiki, yang meneruskan penyebaran ajaran Islam.
Dilansir dari karya ilmiah berjudul Satu Atap Empat Wajah: Multikulturalisme Etnik Gorontalo, Bugis, Jawa, dan Cina di Kota Gorontalo, karya Hendri Gunawan dan Muhammad Anggie Farizqi Prasadana, pengaruh Islam yang dalam di Gorontalo terlihat dari ungkapan adati hula-hula'a to sara'a, sa'a hula-hula'a to kuru'ani (Adat bersendikan syariat, syariat bersendian Al-quran).
Nilai-nilai keislaman yang menjadi bagian hidup masyarakat juga didukung dengan banyaknya masjid di wilayah ini. Hampir setiap kampung memiliki satu masjid bahkan lebih.
Baca juga: Harmoni Tahun Baru Imlek di Kota Berjuluk Serambi Madinah
Meskipun nilai-nilai ajaran Islam kuat, Gorontalo merupakan wilayah dengan multietnis yang harmonis.
Wilayah ini terdapat penganut agama Islam, Hindu, Buddha, Katolik, Kristen, dan Konghucu, dengan tempat ibadahnya yang terdapat di wilayah ini.
Banyaknya masyarakat multietnis di Gorontalo ini, karena sebagai wilayah pelabuhan, Gorontalo menjadi tempat singgah sejumlah pedagang.
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.