Akan tetapi, Drajat mempertanyakan, apakah kegiatan-kegiatan street fashion di daerah-daerah lain murni untuk menunjukkan kreativitas atau justru sebagai ruang promosi.
Padahal, menurut Drajat, apa yang terjadi di Dukuh Atas merupakan bentuk perlawanan anak-anak pinggiran kota dalam hal fesyen.
Baca juga: Berbeda dengan Citayam Fashion Week, Aksi Peragaan Busana di Sukabumi Justru Dihujat Netizen
"Di Citayam Fashion Week, ruang kreatif itu muncul sebagai suatu bentuk perlawanan atau urban subversif. Itu merupakan jalur alternatif saat anak-anak pinggiran tersebut mengalami kesulitan dalam menjangkau fesyen perkotaan yang makin mahal. Mereka akhirnya memunculkan kreativitas di mana mereka bisa tampil fashionable, tetapi dalam kreativitas mereka sendiri," paparnya.
"Namun, ketika fenomena ini menjalar di kota-kota lain, betulkah ini memunculkan kreativitas yang sama tentang orang muda perkotaan, atau upaya gerakan kapitalis sebagai ruang promosi mereka?" tanyanya.
Baca juga: Begini Pendapat Warga Surabaya soal Jalan Tunjungan Adopsi Citayam Fashion Week
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana; Kontributor Surabaya, Ghinan Salman; Kontributor Malang dan Batu, Nugraha Perdana | Editor: Reni Susanti, Pythag Kurniati, Dheri Agriesta)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.