Sebab, sertifikat rumah yang dijadikan jaminan tak kunjung dikembalikan pihak bank. Ada saja alasan yang diberikan, kata Rahmat.
"Setiap kami datang, dianggap kami ini bodoh. Kadang sertifikat dibilang di Bungo, di Bangko, di Jambi, dak tentu berubah-ubah," kata Rahmat.
"Puncaknya dibilang oleh pihak bank Mandiri, data kami telah hilang dari dokumen pihak bank," sambungnya geram.
Rahmat melanjutkan, pihak bank Mandiri mengatakan bahwa sertifikat rumahnya tidak dapat dilacak.
"Kedatangan kami waktu itu disambut dengan surat keterangan bank, (tertulis) kalau sertifikat rumah kami sudah hilang," kata Rahmat.
Rahmat dan istri merasa seperti pengemis datang ke bank untuk meminta sertifikat miliknya sendiri.
Untuk bolak-balik ke bank, Rahmat harus meninggalkan warung. Itu artinya apabila seharian di bank, dirinya tidak mendapatkan penghasilan.
Berbagi tugas dengan istri, antara pergi ke bank dan menjaga warung pun sulit, karena istrinya harus menjaga anak-anak yang masih kecil.
Rasa kecewa dengan bank telah memuncak, Rahmat pun menceritakan masalahnya ke Ari, saudaranya.
Setelah mendengar dengan detail kesulitan Rahmat, Ari ikut mendampingi saudaranya mengunjungi bank.
Seakan kesabaran habis, mereka menemui pihak bank dengan emosi dan sambil marah-marah. Peristiwa ini pun direkam oleh orang yang ada di bank hingga videonya viral di media sosial.
Mereka menunggu kepastian bank hingga sore, tetapi tak juga ada kepastian di mana keberadaan sertifikat rumahnya.
"Di mana lokasi mereka tidak kasih tahu. Apakah bisa kembali atau tidak, mereka juga tidak menjelaskan," kata Ari.
Akhirnya Rahmat mendatangi Polres Sarolangun untuk membuat laporan pada 12 Juli 2022.
Lelaki yang lahir di Sungaipenuh 26 tahun lalu ini, juga melampirkan surat keterangan dari bank yang menyatakan bahwa sertifikat agunannya telah hilang dan surat bukti lunas yang dikeluarkan oleh bank.