Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tiga Pemuda Difabel asal Blora yang Bikin Konten tentang Kesehariannya

Kompas.com - 24/07/2022, 16:24 WIB
Aria Rusta Yuli Pradana,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Keterbatasan fisik yang dialami oleh tiga pemuda penyandang disabilitas, tidak lantas membuat mereka berputus asa.

Mereka tetap mencoba untuk dapat menginspirasi masyarakat sekitar dengan aktivitas yang menghibur.

Mereka adalah Muhammad Afif Rizki, berusia 20 tahun yang seorang tuna daksa, kemudian Roy Gunawan, berusia 25 tahun yang juga seorang tuna daksa, serta Muhammad Khoiril Jefri Priyambodo berusia 23 tahun yang merupakan seorang tuna rungu.

Baca juga: Kisah Mahasiswa Unesa, Model Disabilitas yang Dirikan Sekolah Khusus Difabel

Ketiganya ditemui saat sedang mempersiapkan untuk membuat konten di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Jepon Blora.

Ketiganya bahu-membahu membuat konten YouTube tentang kondisi yang mereka alami tapi tetap dengan cara yang menghibur.

Afif Rizki bercerita, awal mula ia dan dua rekannya berinisiatif membuat konten di aplikasi berbagi video tersebut.

"Dulu waktu masih pandemi kegiatan banyak yang berhenti, sehingga kami berpikiran untuk buat kegiatan dengan mengisi konten YouTube," ucap Afif, Sabtu (23/7/2022).

Meski sejauh ini konten yang mereka buat belum membuahkan hasil, tapi ketiganya mengaku senang karena dapat memberikan hiburan yang berbeda bagi penonton YouTube.

"Ya kita ingin memberitahu ke orang bahwa ini lho keseharian anak-anak kayak kita, dan juga untuk menghibur orang-orang yang menontonnya," kata dia.

Baca juga: Remaja Difabel Diduga Diperkosa Tetangga di Surabaya, Korban Alami Trauma

Pemuda asal Jepon itu mengaku sempat ragu untuk menjadi seorang konten kreator karena keterbatasan fisik yang mereka miliki.

Makanya, mereka membuat akun yang diberi nama Isorayo, yang dalam bahasa Indonesia berarti "bisa enggak ya".

"Sebelum membuat video di YouTube, kita sempat ragu, kira-kira anak-anak kayak kita itu bisa enggak ya bikin konten di YouTube," terang dia.

Sejauh ini, sudah ada 15 video yang diunggah di aplikasi tersebut, dengan total 13.822 kali ditonton.

Menurutnya, membuat ide ataupun mengisi konten di YouTube cukup sulit, terlebih dengan keterbatasan yang mereka miliki.

Baca juga: Menpora Beri Catatan Venue Tenis Meja di De Tjolomadoe Karanganyar, Minta Toilet Ramah Difabel Ditambah

Sebab, ada bahan-bahan yang mesti dipersiapkan agar kontennya dapat dilihat dan disukai oleh yang melihatnya.

"Kalau buat video susah sih, karena kita harus benar-benar mempersiapkan bahan untuk cerita, eksekusi video, mengedit, terus kadang butuh waktu untuk mengedit subtitlenya untuk anak-anak tuna rungu, karena mereka enggak tahu suaranya, jadi membaca subtitlenya," jelas dia.

Dirinya mengaku mempunyai tujuan khusus di dalam membuat konten yang berisikan keseharian mereka yang memang hidup berkebutuhan khusus.

"Tujuannya untuk menginspirasi anak-anak difabel lain agar bisa lebih percaya diri dan enggak takut mencoba. Untuk teman-teman difabel jangan pernah takut untuk mencoba, dan tetap semangat," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com