Saat ini, tari lenso banyak dijumpai di Maluku, baik di negeri-negeri adat maupun sanggar-sanggar.
Tari lenso juga sebagai pengikat kekerabatan kehidupan masyarakat pedesaan.
Secara umum, tari lenso memiliki tiga gerakan dasar yang dapat dimodifikasikan sesuai keinginan, yaitu gerakan maju, gerakan jemput, dan gerakan mundur.
Baca juga: Tari Rantak Asal Minangkabau: Gerakan, Penari, dan Ciri-ciri
Gerakan tari ini biasanya dilakukan dengan posisi kaki kanan dan tangan kanan maju bersama. Kemudian, gerakan diikuti kaki kiri dengan hitungan 4/4 dengan posisi badan agak merendah dengan lutut agak ditekuk.
Bahu digoyangkan pelahan mengikuti irama musik, tangan di depan (baik kiri atau kanan) diangkat sejajar pinggang, dan telapak tangan dibiarkan ke atas sementara sapu tangan dibiarkan menjuntai ke bawah.
Posisi kepala miring ke arah dalam dengan dagu sedikit bersandar pada bahu tangan yang berada di depan.
Gerak ini digunakan untuk membuat pola lantai yang telah ditentukan.
Makna tari lenso gerakan maju ini adalah memberikan gambaran kebersamaan atau kekompakan dalam bekerja sama, juga penghormatan kepada tamu atau orang luar yang pertama kali berkunjung.
Gerak jemput dimulai dengan gerakan lutut ditekuk sehingga posisi badan berada pada setengah duduk.
Baca juga: Tari Mabadong: Makna, Pola Lantai, dan Aturan
Tangan kanan dan kiri maju secara bergantian. Tangan yang berada di depan diangkat setinggi dada, sementara tangan yang lain di bawah siku sedikit ditekuk.
Kemudian, telapak tangan diputar dari dalam ke luar semaksimal mungkin sehingga lenso turut berputar.
Sedangkan posisi bahu berputar ke arah kiri dan kanan secara bergantian dengan sudut putar sekitar 90 derajat.
Gerakan tari lenso ini menggambarkan keterbukaan pada masyarakat pendatang.
Simbol kesejajaran tanpa membedakan kelas sosial terdapat dalam gerakan membungkuk dan berdiri.
Gerakan mundur merupakan kebalikan dari gerakan maju yang bermakna terbuka terhadap orang luar dan para tamu yang diperlihatkan melalui gerakan tangan.