Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meresahkan Warga, ODGJ di Luwu yang Dipasung Setahun Terakhir Dievakuasi Melewati Sungai dan Perbukitan

Kompas.com - 21/07/2022, 13:51 WIB
Amran Amir,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

LUWU, KOMPAS.com - Seorang pemuda dalam gangguan jiwa (ODGJ) di Dusun Malutu, Desa Posi, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, dievakuasi oleh Babinsa dan Kepala Puskesmas Bua.

Pasalnya, dalam setahun terakhir pemuda ini dipasung dan jika dilepas dari pasungnya kerap meresahkan warga, sehingga harus dievakuasi ke rumah sakit jiwa untuk menjalani perawatan.

Adalah Babinsa bernama Sertu Ambo Upe, dan tenaga kesehatan Puskesmas Bua Amina, yang membujuk ODGJ berinisial EY (44) itu.

Baca juga: Kisah Relawan di Banyumas, Evakuasi hingga Pertemukan ODGJ dengan Keluarga yang Terpisah Belasan Tahun

EY diketahui meronta dan melawan petugas setiap kali hendak dilepas dari rantai pasung, sebelum dinaikkan ke mobil ambulans milik puskesmas.

Sertu Ambo yang merupakan Babinsa Desa Posi mengatakan, EY bisa berkomunikasi, meski harus dibujuk secara hati-hati.

“Harus dibujuk dengan baik dan diberikan apa maunya agar tidak mengamuk seperti biasanya jika didatangi orang,” kata Ambo Upe, saat dikonfirmasi Kamis (21/7/2022).

Sebelum dievakuasi, EY menjalani pembersihan oleh Babinsa dan dibantu tenaga kesehatan serta orangtuanya membersihkan kuku kaki, kuku tangan, dan bulu kumisnya dicukur agar bisa nyaman.

“Sebelum kami bawa ke rumah sakit jiwa Batara Guru Belopa, kami mandikan dan bersihkan badannya agar terlihat segar dan itu salah satu kemauannya,” ucap Ambo Upe.

Sayangnya, saat pasung hendak dilepas dari rantai, tak satu pun kunci yang cocok karena sudah berkarat. Sehingga terpaksa evakuasi dilakukan beserta rantai pasungnya.

Baca juga: Detik-detik Menegangkan Evakuasi ODGJ Mengamuk di Bali, Polisi Gunakan Water Cannon hingga Peluru Karet

“Apa boleh buat, terpaksa kita bawa dengan pasungnya. Setelah di rumah sakit jiwa baru dilepas menggunakan alat, yang penting dia sudah mau dan senang untuk dirawat,” ujar Ambo Upe.

Selain harus membujuk EY, proses evakuasi berlangsung dramatis karena ambulans harus melewati beberapa sungai dan perbukitan, serta menenangkan pasien selama dalam mobil.

Ayah EY, Jahidin (81) mengungkapkan putranya mulai mengalami gangguan jiwa sejak 1997 silam, namun sempat sembuh.

Beberapa tahun setelahnya gangguan itu muncul lagi dan semakin parah. Warga yang resah memutuskan memasungnya.

“Sejak Kelas 2 SMA dia sudah merasakan kelainan, namun setahun terakhir kami pasung karena sering mengamuk mengganggu warga. Kalau mengamuk dia ambil parang di rumah orang. Semua warga di kampung ini takut, apa boleh buat harus dipasung,” tutur Jahidin.

Baca juga: Kronologi ODGJ Mengamuk Setelah Setahun Tak Keluar Rumah, Tikam 5 Warga hingga Tewas

Jahidin menceritakan, jika anaknya mengamuk tidak hanya mengambil parang. Namun juga merusak kendaraan orang sehingga dia harus menggantinya.

“Kalau merusak yah saya tanggung kerusakan karena ulahnya. Di sini tidak berlaku jika ODGJ melakukan perusakan bisa dimaklumi, kami orangtua yang disalahkan,” tambah Jahidin.

Kepala Puskesmas Bua, Bambang irawan menuturkan EY sudah beberapa kali dijemput untuk dirawat di rumah sakit jiwa, namun sering meronta menolak dievakuasi.

“Pasien ini sudah cukup lama dia dipasung karena sering melempari rumah dan orang yang lewat, makanya kami tangani. Tanggung jawab kami adalah membebaskan dia dari pasungan dan berharap segera sembuh dari sakitnya,” beber Irawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com