Kata Bambang, soal kaki korban yang retak, itu bukan karena dipukul kakak kelas tetapi karena berkelahi seperti bergulat.
Dijelaskan Bambang, saat terjadi perkelahian itu, kaki korban mengenai sesuatu yang keras, sehingga terjadilah pembengkakan yang menyebabkan tidak bisa berjalan.
Kejadian itu bermula usai upacara adanya kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
Ketika anak-anak berkelahi, guru sedang melakukan rapat. Sedangkan satpam sedang berada di dekat gerbang sekolah.
"Guru kebetulan ada rapat kecil. Dan satpam sedang di depan, melakukan penjagaan dekat gerbang sekolah," ujarnya.
Setelah dilakukan mediasi dengan melibatkan pihak kepolisian, orangtua pelaku, para guru, dan Dinas Pendidikan Kota Jambi, orangtua korban akhirnya bersedia mencabut laporannya ke Polresta Jambi.
Sementara orangtua pelaku, bersedia membayar seluruh biaya pengobatan dan perawatan korban.
"Kasihan mereka masih anak-anak. Jadi kita akan cabut laporan. Kita sudah memaafkan dan orangtua pelaku mau bertanggung jawab," kata Ratih Sundari, orangtua korban, usai melakukan rapat tertutup di sekolah, Selasa.
Ratih mengatakan, ia membuat laporan itu agar memberikan efek jera dan peristiwa serupa tidak terjadi pada siswa lainnya.
Baca juga: Kasus Kekerasan di Sekolah Semimiliter, Pihak SPN Dirgantara Akhirnya Minta Maaf
(Penulis : Kontributor Jambi, Suwandi | Editor : Gloria Setyvani Putri, Reni Susanti)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.