Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Tragedi di Nduga, Anggota DPR Minta TNI-Polri Ubah Pola Penanganan KKB

Kompas.com - 19/07/2022, 14:53 WIB
Dhias Suwandi,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR RI Yan P Mandenas meminta aparat keamanan mengubah pola penanganan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.

Hal ini disampaikan untuk merespons tragedi pembantaian yang dilakukan KKB terhadap 11 warga sipil di Kampung Nogolait, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Sabtu (15/7/2022).

"Pola keamanan di Papua ini haus terpadu dan tidak mengedepankan ego sektoral. Sampai saat ini penanganan konflik di Papua masih terjadi ego sektoral sehingga konflik ini tidak selesai," ujar Mandenas di Jayapura, Senin (17/7/2022).

Mandenas meminta aparat keamanan melakukan pemetaan untuk mengklasifikasi situasi konflik di sejumlah daerah di Provinsi Papua.

Hal ini dianggap perlu dilakukan agar penanganan konflik di tiap daerah berbeda, tergantung potensi kerawanannya.

Baca juga: 12 Korban Pembantaian KKB di Nduga Ditemukan di 4 Lokasi Terpisah

"Tidak semua daerah di Papua ditangani dengan pola yang sama, kalau sama akhirnya masyarakat sipil yang tidak tahu apa-apa kadi korban. Ditambah lagi provokasi yang dilakukan elit-elit yang terus berkembang dari waktu ke waktu," kata Mandenas.

Menurut dia, provokasi para elite tertentu yang berbau rasis dan menyudutkan para pendatang memicu kebencian di kalangan masyarakat asli Papua.

Hal ini menyebabkan masyarakat sipil yang menjadi korban keganasan KKB didominasi warga pendatang atau luar Papua.

Mandenas menegaskan, kehadiran para pendatang di pelosok Papua justru membawa hal positif bagi masyarakat setempat.

"Kalau orang Sulawesi tidak buka kios di pegunungan apa orang pegunungan bisa makan? Kan tidak, jadi jangan kita anggap kedatangan mereka sebagai ancaman," tuturnya.

 

Terkait para pelaku pembantaian di Nduga, Mandenas menyatakan hal tersebut sebagai aksi keji yang tidak berprikemanusiaan.

Ia pun mendesak aparat keamanan bisa segera menangkap para pelaku.

"Pembantaian seperti ini tidak bisa dibenarkan karena ini mengenai kemanusiaan. Jadi kami minta aparat kejar, tangkap dan eksekusi (adili), tidak ada toleransi untuk kelompok yang melakukan kejahatan di Papua, harus dibersihkan," katanya.

Sebelumnya, KKB melakukan pembantaian di Kampung Nogolait pada Sabtu pagi. Akibatnya, 10 warga dilaporkan tewas, sementara dua lainnya luka-luka.

Baca juga: KKB Bantai 11 Warga Sipil di Nduga, Amnesty: Negara Harus Hentikan Siklus Kekerasan

Identitas korban yang meninggal adalah Yulius Watu, Hubertus Goti, Daeng Marannu, Taufan Amir, Johan, Alex, Yuda Nurusingga, Nasjen, Mahmut Ismain dan Eliaser Baner.

Sementara dua korban yang mengalami luka-luka adalah Sudirman dan Hasdin.

Seluruh korban, selain Eliaser Baner, sudah dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika, pada Sabtu sore.

Seluruh korban, kecuali Eliaser Baner, telah dievakuasi ke Mimika.

Kemudian pada Senin (17/7/2022), Faizal menyebut aparat keamanan kembali menemukan satu jenazah di sekitar lokasi kejadian namun belum bisa mengevakuasinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Regional
Polres Siak Pasang Stiker 'Cahaya' pada Truk di Jalan Tol Permai

Polres Siak Pasang Stiker "Cahaya" pada Truk di Jalan Tol Permai

Regional
2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

Regional
10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com