Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Luka Sayatan dan Lebam di Jasad Brigadir J, Apakah Perlu Otopsi Ulang?

Kompas.com - 19/07/2022, 05:35 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - Tewasnya Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo menyisakan kejanggalan bagi keluarga. Keluarga mengaku menemukan sejumlah luka selain luka tembak di jasad Brigadir J.

Pengacara keluarga Brigadir J, Kamarudin Simanjuntak, mengatakan, luka-luka tersebut seperti hantaman benda tumpul dan sayatan benda tajam.

Luka-luka itu terdapat di bagian mata, hidung, bibir, dan telinga. Kamarudin menuturkan, bagian perut Brigadir J tampak membiru dan jari tangan patah.

"Kita menduga adanya tindak pidana penyiksaan yang membuat seseorang kehilangan nyawa," ujarnya, Senin (18/7/2022).

Dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J sudah dilaporkan pengacara keluarga ke Bareskrim pada Senin.

Baca juga: Pengacara Brigadir J Laporkan Dugaan Pembunuhan Berencana dan Peretasan Ponsel Keluarga ke Bareskrim

Keluarga sebut sempat dihalangi untuk membuka peti jenazah

Sebelumnya, ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat, mengungkapkan, saat jasad Brigadir J dibawa ke rumah duka di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (9/7/2022), polisi sempat melarang keluarga membuka peti jenazah.

"Kita dilarang, tapi tidak dijelaskan, kenapa peti jenazah tidak boleh dibuka?" ucapnya, Selasa (12/7/2022).

Selain tak boleh membuka peti, keluarga juga dilarang memfoto jasad Brigadir J. Karena itu, keluarga sempat bersitegang dengan polisi yang mengantar jenazah Brigadir J.

"Saya disuruh tanda tangan dulu, baru nantinya boleh dibuka. Saya tolak, karena itu sama dengan membeli kucing dalam karung. Nanti kalau terjadi masalah dan saya sudah tanda tangan, malah saya dipermasalahkan," ungkapnya.

Baca juga: Polisi Disebut Sempat Larang Keluarga Brigadir J Buka Peti Jenazah

Keluarga akhirnya diperbolehkan membuka peti jenazah, dengan catatan hanya orangtua, saudara kandung, dan bibi yang boleh melihat.

"Dibukanya itu sedikit sekali. Tapi ibunya (syok) berteriak-teriak dia, karena melihat banyak sekali luka di bagian tubuh dan wajah," tuturnya.

Samuel menuturkan, luka tersebut terdapat di mata, hidung, dan bibir. Tampak pula luka tembak di dada, luka sayatan, dan bekas jahitan.

"Banyak sekali luka. Kami jadi tidak tega melihatnya. Itu juga yang kami pertanyakan, kenapa bisa banyak sekali luka," jelasnya.

Baca juga: Minta Jenazah Brigadir J Diotopsi Ulang, Keluarga: Rahangnya Bergeser, Kami Tak Terima Disebut Mati karena Peluru

 

Otopsi ulang

Ilustrasi otopsi jenazah.SHUTTERSTOCK/ESB Professional Ilustrasi otopsi jenazah.

Atas temuan sejumlah luka itu, keluarga mengaku tidak terima bila Brigadir J disebut meninggal karena baku tembak.

"Tentu kita tidak terima ya karena disebut mati karena peluru. Tapi di tubuh dia (Brigadir J), ditemukan luka sayatan, pukulan benda tumpul, dan rahangnya bergeser," tandas bibi Brigadir J, Roslin Simanjuntak, Senin.

Untuk mengungkap kejanggalan, keluarga setuju dengan rencana visum dan otopsi ulang terhadap jasad Brigadir J.

"Kalau visum dan otopsi ulang kita setuju dan sudah serahkan keputusannya pada pengacara," terangnya.

Baca juga: Ada Luka Sayatan di Tubuh Brigadir J yang Tewas di Rumah Dinas Pejabat Polri, Ini Penjelasan Polisi...

Menurutnya, visum dan otopsi ulang bisa membuat kasus ini semakin terang dan transparan.

"Untuk membuktikan kalau memang Yosua mati ditembak, maka perlu otopsi dan visum ulang," bebernya.

Senada dengan Roslin, Ketua Indonesia Police Watch Sugeng Teguh Santoso mengusulkan otopsi ulang terhadap jasad Brigadir J.

Baca juga: Babak Baru Kasus Polisi Tembak Polisi, Brigadir J Diduga Korban Pembunuhan Berencana, Keluarga Lapor Bareskrim

Otopsi diharapkan bisa menjadi titik tolak dalam pengusutan kasus ini.

"IPW mengusulkan agar tim gabungan dan Kapolri segera melakukan bedah mayat ulang. Bedah mayat sangat dibutuhkan. Ini bisa menjadi titik tolak," paparnya saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Jika otopsi dilakukan, Sugeng menekankan perlu dilibatkannya ahli forensik kredibel di luar kepolisian.

"Tim forensik dibentuk dari misalnya ahli forensik dari universitas A bersama Dokkes (Kedokteran dan Kesehatan) polisi," sebutnya.

Baca juga: Kematian Brigadir J Dinilai Janggal, Pengacara Keluarga Datangi Bareskrim, Laporkan Dugaan Pembunuhan Berencana

Penjelasan polisi soal luka sayatan

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto menyampaikan, luka sayatan di tubuh Brigadir J dan jari yang putus disebabkan oleh tembakan.

"Bukan karena ada potongan atau yang lain. Saya tegaskan semua luka yang ada pada tubuh Brigadir J, berdasarkan hasil autopsi sementara, berasal dari luka tembak," urainya di Markas Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa (12/7/2022).

Budhi menerangkan, sewaktu terlibat baku tembak dengan Bharada E, Brigadir J menggenggam senjata api jenis HS 16 dengan kedua tangan. Saat itulah, Brigadir J terkena tembakan Bharada E pada bagian jari hingga menembus ke bagian tubuh lain.

"Saya jelaskan, saat Brigadir J melakukan penembakan ke Bharada E, dia memegang senjatanya dengan menggunakan 2 tangan. Ada peluru yang kena ke jari Brigadir J yang kemudian tembus dan mengenai bagian tubuh yang lain," paparnya.

Baca juga: 5 Jam Temui Keluarga Brigadir J di Jambi, Komnas HAM: Yang Beredar di Publik Beda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Regional
Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Regional
Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com