Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Petani Bangka, Harga Pupuk Malah Naik Saat Harga Sawit Menyedihkan

Kompas.com - 18/07/2022, 16:48 WIB
Heru Dahnur ,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Tarmizi (40) petani sawit asal Belinyu, Riau Silip, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, terduduk lesu.

Sejak lima bulan terakhir, harga jual tandan buah segar (TBS) sawit tertahan di angka Rp 700 per kilogram.

Baca juga: Harga Sawit Rp 400, Pria di Bengkulu Buat Sayembara, 1 Hektar Kebun Sawit bagi yang Mampu Naikkan Harga Jadi Rp 3.000 Per Kg

Seiring anjloknya harga, pasokan pupuk juga semakin sulit didapat.

Baca juga: Solusi Harga Sawit yang Menyedihkan, Petani di Jambi Produksi Minyak Goreng Skala Rumahan

"Terakhir kami panen dua pekan lalu 3,9 ton dengan harga Rp 700 per kilogram. Tak cukup kalau dikeluarkan biaya hidup dan pupuk," ujar Tarmizi kepada Kompas.com, Senin (18/7/2022).

Baca juga: Pungutan Ekspor Sawit Dihapus, Gapki: Bisa Bikin Harga TBS Naik

Tarmizi menuturkan, selama ini petani sawit terbiasa menerima pasokan pupuk dari tengkulak.  Pembayarannya langsung dipotong saat setor hasil panen.

Karena harga TBS sawit turun drastis, tengkulak tak mau lagi menyalurkan pinjaman pupuk.

"Enggak mungkin lagi dipotong dengan pinjaman pupuk. Jika 3,9 ton, kami hanya dapat Rp 2.730.000," ujar Tarmizi.

Harga pupuk non subsidi, kata Tarmizi juga terbilang mahal. Harganya berkisar Rp 800.000 untuk pupuk urea kemasan 50 kilogram dan Rp 950.000 untuk jenis KCL dan NPK.

Bahkan untuk jenis KCL dan NPK diprediksi harganya bakal terus naik disebabkan barang impor dari Rusia dan Jerman.

"Petani sangat bergantung KCL dan NPK karena fungsinya untuk merangsang buah. Sementara dalam negeri kita kan urea, ini lebih untuk ke daun dan pohonnya," ujar alumni Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung (UBB) itu.

Menurut Tarmizi, para petani sawit tak bisa serta merta mengandalkan pupuk alternatif seperti kompos atau pupuk kandang.

Sebab jenis pupuk tersebut harus didukung ketersediaan hewan ternak.

Jumlah ternak juga harus banyak agar bisa mengimbangi kebutuhan lahan sawit.

"Sulit bagi petani mengelola ternak dalam jumlah banyak sehingga pupuk pabrikan tetap dibutuhkan," beber Tarmizi.

Imbas semakin mahalnya pupuk pabrikan, petani terpaksa mengurangi durasi pemupukan dari biasanya setiap bulan menjadi dua bulan sekali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gagalkan Aksi Pencurian hingga Terjungkal, Karyawan Alfamart di Semarang Naik Jabatan

Gagalkan Aksi Pencurian hingga Terjungkal, Karyawan Alfamart di Semarang Naik Jabatan

Regional
Pimpin Apel Usai Cuti Lebaran, Pj Gubernur Sumut: Kehadiran ASN Pemprov Sumut 99,49 Persen

Pimpin Apel Usai Cuti Lebaran, Pj Gubernur Sumut: Kehadiran ASN Pemprov Sumut 99,49 Persen

Regional
Kakek di Kupang Ditangkap Usai Todongkan Senjata Laras Panjang ke Istrinya

Kakek di Kupang Ditangkap Usai Todongkan Senjata Laras Panjang ke Istrinya

Regional
Menyoal Ditetapkannya Anandira, Istri Anggota TNI Sebagai Tersangka Usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami

Menyoal Ditetapkannya Anandira, Istri Anggota TNI Sebagai Tersangka Usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami

Regional
Penampungan Minyak Mentah di Blora Terbakar, Pemkab Segera Ambil Sikap dengan Pertamina

Penampungan Minyak Mentah di Blora Terbakar, Pemkab Segera Ambil Sikap dengan Pertamina

Regional
Ternyata, Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Orang Kabur Usai Kecelakaan

Ternyata, Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Orang Kabur Usai Kecelakaan

Regional
Dosen Universitas Pattimura yang Diduga Lecehkan Mahasiswi Belum Diperiksa, Begini Penjelasan Polisi

Dosen Universitas Pattimura yang Diduga Lecehkan Mahasiswi Belum Diperiksa, Begini Penjelasan Polisi

Regional
Angka Stunting di Riau Turun Jadi 13,6 Persen, Pj Gubernur SF Hariyanto Berikan Apresiasi

Angka Stunting di Riau Turun Jadi 13,6 Persen, Pj Gubernur SF Hariyanto Berikan Apresiasi

Regional
Ibu dan Anak Korban Pembunuhan di Palembang Dimakamkan Satu Liang

Ibu dan Anak Korban Pembunuhan di Palembang Dimakamkan Satu Liang

Regional
Sesuai Arahan Pj Gubernur Bahtiar, Dinkes Sulsel Kirim Bantuan untuk Korban Longsor di Tana Toraja

Sesuai Arahan Pj Gubernur Bahtiar, Dinkes Sulsel Kirim Bantuan untuk Korban Longsor di Tana Toraja

Regional
Kunjungan Wisatawan Selama Libur Lebaran, Kota Semarang Kalahkan Solo

Kunjungan Wisatawan Selama Libur Lebaran, Kota Semarang Kalahkan Solo

Regional
Ditanya PDI-P atau Golkar, Gibran: Enggak di Mana-mana

Ditanya PDI-P atau Golkar, Gibran: Enggak di Mana-mana

Regional
Alasan Teguh Prakosa Belum Ambil Formulir Pendaftaran Cawalkot di PDI-P Solo

Alasan Teguh Prakosa Belum Ambil Formulir Pendaftaran Cawalkot di PDI-P Solo

Regional
Dihantam Banjir Bandang, 3 Jembatan Gantung di Musi Rawas Utara Putus

Dihantam Banjir Bandang, 3 Jembatan Gantung di Musi Rawas Utara Putus

Regional
Meninggal Saat Melahirkan Anaknya di Malaysia, Jenazah Pekerja Migran Asal NTT Dipulangkan

Meninggal Saat Melahirkan Anaknya di Malaysia, Jenazah Pekerja Migran Asal NTT Dipulangkan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com