Untuk itu, ia mengimbau warga agar mau berpindah lokasi hunian ke daerah yang lebih aman. Tidak semua warga mau direlokasi karena alasan kepemilikan tanah.
"Kami meminta kepada masyarakat, khususnya yang ada di sepanjang sungai ini, daerah yang dianggap berbahaya, mohon kesadarannya agar pindah ke tempat yang lebih aman," ujar Uu Ruzhanul Ulum saat memberikan bantuan di lokasi terdampak banjir di Garut, Minggu (17/7/2022).
"Saya sudah bertanya ke masyarakat (untuk relokasi), ada yang mau ada yang menolak (pindah), alasannya karena itu tanah pribadi. Maksud diminta pindah bukan berarti tanahnya akan diambil oleh pemerintah, akan tetapi demi keselamatan," katanya.
Baca juga: Banjir Garut Memakan Korban, 1 Orang Tewas Tertimpa Longsoran Tebing
Banjir yang melanda 32 desa/kelurahan di Kabupaten Garut telah surut pada Sabtu (16/7/2022) siang. Tidak ada laporan korban jiwa ataupun luka-luka akibat insiden ini.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, hasil pemutakhiran data di Pusdalops BNPB per Sabtu (16/7/2022), banjir di Garut berdampak pada 142 keluarga atau 478 jiwa, sedangkan warga yang masih mengungsi sebanyak 109 kepala keluarga.
"Mereka yang mengungsi berada di beberapa titik, seperti RSUD dr Slamet dan rumah kerabat. Selain berdampak pada warga, banjir mengakibatkan sejumlah kerusakan," katanya.
Tercatat rumah yang mengalami rusak berat sebanyak 9 unit, sedangkan yang terdampak sebanyak 295 unit.
Selain itu, infrastruktur terdampak berupa fasilitas pendidikan dua unit, fasilitas umum empat unit, dan akses jalan terputus di Kampung Ujung. Banjir dipicu oleh hujan lebat yang terjadi sejak Jumat (15/7/2022) pukul 20.00 WIB.
Waduk Jatigede Sumedang yang dialiri Sungai Cimanuk dipenuhi sampah pascabanjir bandang di Garut, Minggu (17/7/2022).
"Sampah menumpuk di permukaan air," kata Supervisor Pusdalops-PB Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang Rully Surya, kemarin.
Baca juga: Banjir Garut, 2.000 Rumah di 13 Kecamatan Terendam, 15 Rumah Hilang
Rully mengatakan, BPBD segera berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung untuk pembersihan menggunakan alat berat karena volume sampah yang banyak.
Menurut data BPBD dari hasil pemantauan di lapangan, sampah yang terbawa arus sungai Cimanuk ini berupa sampah alami. Ada sampah rumah tangga seperti barang-barang berbahan plastik, tetapi itu sedikit.
"Kebanyakan sampah alam, seperti ranting pohon dan kayu. Kami pantau sampah itu menumpuk di Blok Tugu di Kecamatan Wado," kata Rully.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul UPDATE: 150 Warga Mengungsi, Bantuan Rp 50 Juta Per KK & Status Tanggap Darurat Hingga 29 Juli 2022
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.