Cerita yang sama juga dialami Sekolah Dasar Kristen Widodo Plampang di Pedukuhan Plampang II, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ini mereka hanya menerima 2 siswa baru yang semuanya perempuan.
Menurut Kepala Sekolah SD Kristen Widada, Agus Edy Purwanto, dengan dua siswa yang ada, total ada 10 siswa yang bersekolah di SD tersebut.
Mereka semua terdiri dari empat siswa di kelas enam, tiga siswa di kelas empat, dan satu anak di kelas tiga.
SD Widodo terpencil di sebuah bukit di Kulon Progo. Sekolah yang ada sejak tahun 1967 itu terletak jauh dari Wates, ibu kota Kulon Progo. Lebih dari 45 menit berkendara dengan roda dua.
Baca juga: Sempat Miliki Ratusan Siswa, SD di Bukit Menoreh Ini Hanya Diminati 2 Pendaftar
Sekolah ini berada di dataran tinggi yang dinamai Bukit Menoreh. Perjalan ke sana melewati jalan aspal dengan jurang dan tebing yang ditumbuhi perkebunan rakyat.
Jalanan curam dan licin karena berpasir. SD Widodo didirikan Yayasan Widodo yang merupakan kepanjangan pelayanan Gereja Kristen Jawa di desa Temon dan Palihan untuk bidang pendidikan.
Soal minim pendaftar juga dialami sekolah negeri.
Salah satunya SDN Ngrojo di Kalurahan Kembang, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo yang sama sekali tidak menerima siswa baru.
Sampai dengan batas waktu penutupan, tidak ada calon siswa yang mendaftar. Padahal, sekolah berada di kawasan padat pemukiman. Saat ini hanya ada 8 siswa di sekolah tersebut.
Baca juga: Pak Presiden Jokowi Kami Jarang Sekolah, Curhat Siswa SD di Mamasa karena Guru Jarang Datang
Sekolah tersebut berada di tengah sawah dan jauh dari pemukiman. Mantan guru SD Negeri Sugihan 3, Suhir bercerita kondiis penurunan jumlah murid terjadi sejak tajun 2018.
Suhir mengajar di sekolah tersebut sejak 1983 dan pensiun awal Juli 2022.
"Istilahnya, sekolah ini sudah menjadi rumah kedua saya. Karena sejak mengabdi menjadi guru ditempatkan di SD Negeri Sugihan 3 ini," ujarnya
Ia bercerita dulunya SD tersebut ada favorit pars siswa. Karena ada di wilayah perbatasan, banyak siswa dari desa tetangga yang sekolah di SD tersebut.
Sementara Kepala Sekolah SD Negeri Sugihan 3 Septina Ika Kadarsih mengatakan ia baru seminggu menjabat di sekolah tersebut.
Menurutnya semua guru di SD Negeri Sugihan adalah perempuan.
"Di sini tenaga pendidiknya sembilan orang perempuan semua dan satu laki-laki sebagai penjaga. Tapi kami memiliki semangat yang sama, tujuan yang sama bahwa pendidikan untuk anak-anak tidak boleh kalah dengan yang lain," kata Ika.
Terkait ruang kelas 1 yang kosong, ia berencana akan menggunakan kelas tersebut untuk pembelajaran agama.
"Kami jadikan mushala, karena nanti setiap pagi akan melakukan shalat duha berjemaah, siang hari shalat dzuhur. Selain itu, juga untuk menggiatkan hafalan bacaan surat pendek," terangnya.
Baca juga: Tak Ada Murid Baru, SDN Sugihan 3 Tak Akan Digabungkan dengan Sekolah Lain