KOMPAS.com - Kematian Brigadir J, anggota polisi yang tewas dalam baku tembak dengan rekan seprofesinya di rumah Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo, masih menyisakan tanda tanya bagi keluarga.
Keluarga menilai ada sejumlah kejanggalan dalam kasus tewasnya Brigadir J.
Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat, mengatakan, salah satu kejanggalan adalah seputar closed-circuit television (CCTV) di tempat kejadian perkara.
Samuel mengungkapkan, pernyataan polisi yang disampaikan ke publik berbeda dengan yang dituturkan kepada pihak keluarga.
Baca juga: Ini 3 Pernyataan Polisi yang Dipertanyakan Keluarga Brigadir J, Salah Satunya Kamera CCTV
Dalam konferensi pers, polisi menyebutkan bahwa sejumlah kamera CCTV di rumah Ferdy Sambo dalam kondisi mati sejak dua pekan lalu. Hal ini membuat CCTV tak dapat merekam peristiwa yang terjadi.
Namun, Samuel menjelaskan bahwa seorang polisi berpangkat komisaris besar polisi (Kombes) yang mendatangi kediamannya beberapa waktu lalu bersama rombongan Mabes Polri, menyebutkan bahwa CCTV di rumah dinas ada, tetapi bukan di kamar utama.
"Alasan mereka, bawahan dari Pak Hendra (Brigjen perwakilan Mabes Polri) berpangkat Kombes, bahwa di rumah dinas memang CCTV tidak sebanyak di rumah pribadi," ujarnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Baca juga: Ibunda Brigadir J Tak Henti Menangis, Kematian Putranya Menyisakan Duka dan Misteri bagi Keluarga
Atas kejanggalan-kejanggalan tersebut, keluarga menuntut keadilan agar kasus ini bisa diselesaikan secara terang-benderang.
Terkait kasus ini, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso berpesan kepada keluarga Brigadir J agar terus berjuang menuntut keadilan.
"Keadilan tidak akan pernah datang tanpa diperjuangkan," ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/7/2022).
Sugeng menerangkan, salah satu cara memperjuangkan keadilan yakni dengan melapor ke Komnas HAM.
"Komnas HAM saat ini dalam posisi menunggu laporan resmi," ungkapnya.