LARANTUKA, KOMPAS.com - Penjabat Bupati Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Doris Alexander Rihi menyebut, prevalensi stunting di Flores Timur pada Februari 2022 sebesar 20,4 persen atau sebanyak 3.636 balita stunting.
Persentase ini, kata Doris, masih cukup baik. Meskipun, Flores Timur masuk dalam lima besar kabupaten dengan angka stunting yang cukup tinggi di NTT.
"Puji syukur, kita tidak berada di dalam zona merah. Kita masih berada dalam zona kuning, dan kita masih cukup baik dalam penanganan stunting," ujar Doris dalam keterangannya, Kamis (14/7/2022).
Baca juga: Ketemu Para Bidan, Gubernur NTT Minta Angka Stunting Ditekan hingga Nol Persen
Namun menurutnya, semua pihak tidak boleh berbangga dengan capaian itu. Sebab, berdasarkan hasil evaluasi internal, angka stunting belum menunjukkan penurunan yang signifikan.
Bahkan, lanjut Doris, beberapa desa dan kecamatan masih memiliki angka stunting yang cukup tinggi.
Oleh sebab itu, Doris meminta semua pihak harus serius menangani persoalan ini. Apabila ada kekeliruan soal data stunting, agar dikomunikasikan dengan baik.
Baca juga: Angka Stunting di Kota Malang 9,9 persen, Wali Kota Tekankan Komitmen dari Seluruh Pihak
"Jika ada yang harus dikoreksi, bisa dikomunikasikan secara baik, tidak usah diributkan karena ini adalah tanggung jawab semua kita,” ujarnya.
Ia menambahkan, sejauh ini peran pemerintah daerah cukup maksimal dalam upaya menurunkan angka stunting.
Hal itu dibuktikan dengan dukungan kebijakan melalui penegasan bupati tentang pemanfaatan dana desa untuk mengurangi stunting, penyediaan anggaran, serta rapat koordinasi bersama seluruh pemangku kepentingan.
Ia berharap, para lurah, camat dan semua instansi melakukan aksi nyata dalam tugas dan tanggung jawab sesuai fungsi masing-masing.
“Kita berharap di akhir tahun ini, sudah bisa bergerak dari 20 persen ke 15 persen. Itu sudah sangat luar biasa,” ucapnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.