JAYAPURA, KOMPAS.com - Kasus penyalahgunaan narkotika di Provinsi Papua masih didominasi oleh ganja yang berasal dari negara tetangga Indonesia, Papua Nugini (PNG).
Kawasan perbatasan menjadi zona merah peredaran ganja di Kota Jayapura karena dari wilayah itu para pengedar biasa memasukkan barang terlarang tersebut.
Salah satu titik yang menjadi perhatian adalah Kampung Skouw Mabo, Distrik Muara Tami, yang juga berada di wilayah perbatasan.
Pada tahun ini, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Papua, menjadikan Kampung Skouw Mabo sebagai Desa Bersinar dengan melakukan pendekatan ringan, seperti memberikan program peningkatan kemampuan bagi warga, khususnya penyintas atau mantan pengedar narkotika.
Khawatir Dengan Masa Depan Pemuda
Terletak di bagian paling ujung Kota Jayapura, Kampung Skouw Mabo sebenarnya memiliki potensi wisata cukup bagus karena memiliki garis pantai panjang.
Namun jarak dari pusat kota yang cukup jauh, justru membuat potensi yang ada tidak tergarap.
Peredaran ganja yang cukup masif dari PNG akhirnya membuat banyak pemuda di kampung tersebut terjerumus karena iming-iming penghasilan yang cukup mudah didapat.
Kepala Kampung Skouw Mabo Hanok Mallo mengaku khawatir dengan nasib para pemuda karena maraknya peredaran ganja.
"Ada beberapa yang memang saya tahu ikut jadi pengguna dan pengedar. Sudah ada yang pernah masuk sel tapi begitu keluar kembali jadi pengedar," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (13/7/2022).
Baca juga: Kampung Kokonao, Jejak Pendidikan di Papua (Bagian 1)
Oleh karena itu, ia menyambut baik program yang dibuat BNNP agar para pemuda Skouw Mabo bisa memiliki keahlian untuk dipakai sebagai mata pencaharian.
Selain faktor ekonomi, kekerabatan juga membuat pemuda Skouw Mabo terjerumus dalam dunia narkotika
Ini dikarenakan, ada beberapa warga Skouw Mabo yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan warga PNG.
Seperti yang diakui oleh Franki, nama samaran seorang mantan pengedar yang tidak mau disebut identitas aslinya.
Ia mengaku sudah beberapa tahun ikut mengedarkan ganja ke wilayah Kota Jayapura karena mendapat pasokan dari kerabatnya di PNG.
"Awalnya tidak enak mau tolak karena yang ajak masih saudara di sebelah (PNG), lalu jadi terus sampai pernah masuk sel," kata dia.