Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Periksa Koalisi Stop Joki Anak di NTB, Penyidik Ajukan 24 Pertanyaan

Kompas.com - 12/07/2022, 21:14 WIB
Fitri Rachmawati,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

"Apa yang menjadi temuan kami di lapangan inilah yang menjadi alasan kami melaporkan dugaan eksploitasi anak di pacuan kuda yang diselenggarakan di sana semua kalangan tengah memperjuangkan memberhentikan pengunaan joki anak dalam setiap pacuan," terang Yan.

Di hari yang sama, Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengeluarkan pernyataan di akun Instagramnya @zulkieflimansyah.

Gubernur mengatakan bahwa joki anak dan pacuan kuda di NTB terlihat sederhana, namun sesungguhnya tidak semudah yang dibayangkan para pembela hak-hak anak.

"Butuh waktu dan kesabaran untuk menata dan megubahnya. Pacuan kuda dengan joki anak atau joki cilik sudah membudaya dan menjadi tradisi turun temurun yang usianya puluhan bahkan ratusan tahu," kata Zulkieflimansyah dalam akun tersebut.

Baca juga: Kelar Desember, Ini Deretan Manfaat Bendungan Beringin Sila di NTB

Atas dasar itu, kata Gubernur, tidak mudah melarang menggunakan joki cilik dalam pacuan kuda tradisional.

"Jadi kalau melarang penggunaan joki cilik dalam pacuan kuda tradisional sama saja dengan menodai dan menganggu tradisi, terlalu vulgar dan demonstratif melarang joki cilik, maka kita akan berhadapan dengan perlawanan 'kultur' yang serius dan tidak mudah," kata Gubernur.

Gubernur juga mengakui, di sisi lain, mereka yang paham mengenai pendidikan dan hak anak tentu akan membela dan melarang anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar, di usia belia tidak diharapkan menyabung nyawa di atas kuda apalagi dieksploitasi atas nama hobi dan tradisi.

"Saya pribadi termasuk pada posisi yang kedua ini, saya terus terang tidak setuju daerah-daerah kita mengunakan joki cilik ini ke depan, anak-anak kita sudah saatnya tidak boleh jadi korban atas nama tradisi dan lain-lain,"  kata Zulkieflimansyah.

"Tapi mengubah drastis atau melarang tradisi joki cilik bisa juga berbahaya. Karena masyarakat akan diam-diam tetap melaksanakan kegiatan pacuan kuda dengan joki cilik. Bahaya karena fasilitas kesehatan dan keamanan akan minim bahkan tidak ada.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 12 Juli 2022

Lalu solusinya seperti apa?

Harus ulai mengarah ke joki besar sesuai standar Pordasi. Dan ini perlu waktu dan kita sudah mulai berubah ke arah sana. Di beberapa pacuan kuda terakhir sudah ada aturan joki tak boleh lagi terlalu kecil. Minimal 12 tahun dan safetynya tidak main-main.

Apalagi kalau ada yang berlaga sekarang sudah banyak kuda-kuda besar, dan tidak mungkin mengunakan joki anak lagi, tapi kalau untuk kuda-kuda kelas TK A, TK B, OA dan OB mungkin joki anak meski bisa berlaga, karena memang kudanya kecil dan relatif tidak berbahaya, bisa juga ditunggangi orang yang lebih besar. Meski tidak berbahaya tetap safetynya harus maksimal," katanya.

"Dan saya sudah usulkan ke Ketua Pordasi NTB untuk membuat sirkuit standar nasional yang larinya belok kanan dengan menggunakan kuda kelas besar sesuai standar Pordasi. Kalau ini dilakukan maka penggunaan joki cilik akan berkurang bahkan tidak ada lagi," ujar dia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com