Begitu pula dengan ukuran huruf hasil tangan ajaibnya. Yoga menciptakan font sendiri lantaran ingin mempermudah dirinya saat menulis kalimat.
Alasannya, jika menulis dengan huruf biasa, baris kalimat yang disusun akan berantakan dan terlihat miring ke atas.
Dari berkesenian, Yoga mengaku, membuat dirinya lebih sadar akan hal-hal kecil dan dianggap sepele menjadi lebih berarti.
“Yang terpenting, berkesenian itu jujur. Kita menggambar ya karena kita suka menggambar, bukan karena materi atau apapun,” ucap dia.
Baca juga: Digelar 7 Juli, Perhelatan Seni ARTJOG Diikuti Seniman Anak
Bukan waktu yang sebentar bagi Yoga untuk menemukan karakteristik gaya gambar yang dimiliki.
Pemuda kelahiran Semarang ini mengaku, mulai suka dengan dunia menggambar saat masih berusia dini.
Hingga pada 2016, dirinya memperdalam kemampuan secara otodidak, mencari referensi dari internet, diimbangi pula dengan praktik melalui street art.
“Dulu zaman sebelum kenal digital, lebih sering manual di street art. Ngulik karakter sendiri yang tidak sesuai pasar, baru kerasanya sekarang. Ya, proses,” jelas Yoga.
Adanya pandemi Covid-19 tahun 2020 membuat semua orang terkurung di rumah, begitu pula Yoga.
Sebagai freshgraduate, dia juga ingin bangkit dan bertindak dari zona nyaman. Yoga pun mencari kesibukan dari sosial media.
Awalnya, Yoga disarankan untuk mendownload aplikasi TikTok oleh kawannya.
Melihat tren yang ada, dia merasa ada peluang untuk terjun ke TikTok dengan menunjukkan kemampuan menggambarnya.
Baca juga: Gandeng Seniman Lokal, Erwin Gutawa Gelar Konser Orkestra Simfoni di Tanah Papua
Namun, bukan anak muda namanya jika belum berlarut dengan keinginan tanpa beraksi. Yoga mengaku, saat itu sudah banyak menyiapkan konsep namun tidak lekas dikerjakan.
“Kalau begini terus mau sampai kapan? Kebetulan waktu itu ibu habis pensiun. Wah, banyak beban nih saya. Dari situ, mulai iseng-iseng posting video di TikTok,” jelas Yoga.