NUNUKAN, KOMPAS.com – Blokade jalur perbatasan Indonesia–Malaysia, antara Long Midang, dataran Tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dengan Ba’kelalan, Sarawak, Malaysia, memasuki hari keempat sejak ditutup total, Selasa (5/7/2022).
Belum ada solusi atas pernyataan sikap warga perbatasan yang menuntut adanya perdagangan tradisional kembali seperti semula,.
Warga menginginkan perdagangan dilakukan tanpa melewati skema koperasi, yang mereka anggap justru membuka lebar lebar peluang terhadap dugaan monopoli harga.
Imbas penutupan jalur perbatasan bukan main-main, kebutuhan pokok warga Krayan yang selama ini lebih bergantung dengan Malaysia, sama sekali terhenti.
"Sudah tentu kondisi Krayan semakin sulit. Kita sama tahu bagaimana Krayan yang memiliki ketergantungan dengan Malaysia dalam segala aspek. Sembako, kebutuhan lain, bahkan BBM semakin sulit didapat," ujar Donal Kurid, salah seorang guru honorer di SMAN I Krayan, kepada Kompas.com, Jumat (8/7/2022).
Donal mengeluhkan keadaan Krayan yang seakan termarginalkan dan seakan lebih jauh dari peradaban.
Sebelum Covid-19 mewabah, kondisi Krayan meski sulit dan barang-barang serba mahal, namun tidak sesulit saat ini.
Terlebih dengan penutupan jalur perbatasan, bisa dibayangkan bagaimana kesulitan semakin terasa.
"Saya sebagai guru honor sudah tentu tidak bisa hanya mengandalkan gaji. Tidak akan cukup gaji untuk memenuhi kebutuhan pokok. Itulah kenapa harus banting tulang kerja lain. Krayan ini berbeda, barang Malaysia tidak masuk, bagaimana bisa hidup," katanya lagi.
Baca juga: Jalur Perdagangan RI–Malaysia Diblokade karena Dugaan Monopoli Harga, Ini Kata Gubernur Kaltara
Tidak bisa dibantah, bahwa Krayan memiliki tradisi perdagangan tradisional sejak dahulu kala.
Kesamaan kultur, budaya dan hubungan kekerabatan di perbatasan Malaysia, membuat dua warga serumpun ini mempraktikkan perdagangan lintas batas.
Tidak ada kendala selama itu terjadi. Hambatan muncul saat terjadi lockdown untuk mengantisipasi sebaran wabah covid-19.
Dan diperparah dengan skema perdagangan melalui koperasi yang diduga membuka luas dugaan monopoli harga untuk warga Krayan.
Kondisi saat ini, dikatakan Donal, memang menambah kesulitan Krayan. Hanya saja, tuntutan warga perbatasan, tentu butuh perhatian serius dari semua pihak.
Imbas dari penutupan jalur bahkan dirasanya sangat berat. Donal harus bekerja sambilan untuk menjaga dapurnya selalu ngebul.