Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nurhayati Penjual Sapi Kurban, Tak Mampu Penuhi Pesanan Pelanggan di Tengah Wabah PMK

Kompas.com - 07/07/2022, 16:28 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Harga sapi kurban di tengah merebaknya wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) melonjak. Meskipun demikian, para penjual ternak yang tidak mampu lagi memenuhi pesanan pelanggan.

Pengalaman tersebut dituturkan salah seorang penjual sapi kurban di Nunukan, Kalimantan Utara, Nurhayati.

‘’Biasa kita menjual sapi kurban dengan harga Rp 17,5 juta. Kini karena ada PMK, kita harus menjual dengan harga sekitar Rp 19 – Rp 20 jutaan. Biaya karantina 14 hari dan prosedur kesehatan ternak mengakibatkan harga sapi naik tahun ini,’’ujarnya, Kamis (7/7/2022).

Baca juga: PMK Merebak, Harga Sapi di Buleleng Naik hingga Rp 2 Juta Per Ekor

Nurhayati yang sudah sekitar sepuluh tahun berprofesi sebagai penjual sapi inipun mengaku tidak mampu memenuhi pesanan para pelanggannya.

Hal ini akibat, seluruh sapi yang masuk, tidak boleh sembarangan. Adanya gangguan kesehatan pada sapi sekecil apapun akan menimbulkan kecurigaan dan wajib menjalani sejumlah prosedur pemeriksaan oleh dokter hewan sampai petugas Balai Veteriner.

Nurhayati mengaku, perlakuan ketat tersebut juga berpengaruh terhadap jumlah sapi yang ia pesan.

‘’Biasanya setiap tahun saya mendatangkan 55 ekor sapi untuk pelanggan tetap saya. Tahun ini, saya hanya bisa mendatangkan 18 ekor saja. Saya minta maaf pada para pelanggan, karena sapi yang masuk harus benar-benar bebas sakit. Saya juga tidak mau ambil resiko kalau masalah penyakit berbahaya begitu,’’katanya lagi.

Sapi-sapi yang dijual Nurhayati mayoritas berjenis sapi bali. Harga jualnya juga cukup beragam.

Sapi dengan berat di bawah 100 kilogram dibanderol Rp 19 jutaan, sementara yang di atas 100 kilogram, dihargai sekitar Rp 21 juta. Ia juga membuka ruang untuk penawaran dalam jual beli sapi kurban.

Baca juga: Jelang Idul Adha, Kasus PMK Aktif di Kendal Capai 309 Sapi di 10 Kecamatan
Nurhayati melanjutkan, minat pembeli sapi khususnya di Nunukan, juga teruji dengan kenaikan harga sekitar Rp 2 juta dibanding tahun sebelumnya.

Hanya saja, mayoritas pelanggannya merupakan sohibul kurban dari kantor, instansi dan jamaah masjid.

‘’Biasanya, satu ekor sapi dibeli oleh tujuh orang, dengan urunan Rp 2,5 juta perorang. Kalau ditotal, hanya Rp 17,5 juta. Mau tidak mau, mereka harus mengumpulkan lagi kekurangan uangnya. Itu yang membuat sapi sedikit lama terjual,’’tambahnya.

Namun demikian, sebanyak 18 ekor sapi yang kini ia jaga, sudah semuanya terbeli.

Nurhayati hanya berdoa agar wabah PMK bisa segera berlalu dan harga sapi kembali normal seperti sebelumnya.

"Saya yang orang lama dalam jual beli sapi cukup merasakan dampak adanya PMK. Entah mereka yang baru seperti apa. Jadi kami berdoa saja supaya PMK tidak ada lagi. Harga sapi normal, harga daging juga tidak dikeluhkan masyarakat,’’harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Regional
Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Regional
Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Regional
Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Regional
Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi 'Long Storage' Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi "Long Storage" Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Regional
Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Regional
Diduga Korupsi Dana Desa Rp  376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Regional
Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Regional
Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Regional
Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Regional
Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Regional
Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Regional
Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Regional
Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Regional
Bukan Modus Begal, Pria Terkapar di Jalan dalam Video di TNBBS Ternyata Kecelakaan

Bukan Modus Begal, Pria Terkapar di Jalan dalam Video di TNBBS Ternyata Kecelakaan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com