KOMPAS.com - Jelang Hari Raya Idul Adha, wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) masih menjadi kekhawatiran bagi masyarakat.
Meski tidak menular ke manusia, namun penyakit yang menyerang hewan ternak seperti sapi dan kambing ini dapat menular dengan cepat ke hewan ternak lainnya.
Dilansir dari laman siagapmk.id, sebaran kasus PMK di Indonesia hingga Kamis (7/7/2022) telah mencapai 21 provinsi dan 234 kabupaten atau kota tertular.
Menurut laporan tersebut, 332.565 ekor hewan ternak terinfeksi PMK, 114.195 telah sembuh, 2.119 mati, 2.907 lainnya dipotong bersyarat. Dengan begitu, 213.285 ekor hewan ternak masih dinyatakan belum sembuh.
Adapun jenis hewan ternak yang telah terinfeksi PMK antara lain, sapi, kambing, domba, kerbau, dan babi.
Baca juga: Terima 1.700 Dosis Vaksin PMK, Pemkab Buleleng Mulai Vaksinasi di 2 Desa
Sementara itu, dilansir dari laman yang sama, hewan ternak yang sakit akibat terinfeksi PMK mencapai 328 ekor, 102 ekor sembuh, 3 ekor dipotong bersyarat, dan 2 ekor mati.
Dari data tersebut diketahui bahwa sisa kasus PMK di Kota Bandung sebanyak 221 ekor, sedangkan vaksinasi baru dilakukan kepada 209 ekor hewan ternak.
Mengantisipasi lonjakan kasus PMK setelah Hari Raya Idul Adha, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Ermariah mengatakan, daging kurban yang akan dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan sebaiknya tidak dibungkus dengan besek.
"Yang bagus itu pakai plastik dan plastiknya yang organik. Minimal plastik bening bukan daur ulang," kata Ermariah, di Balai Kota Bandung, Rabu (6/7/2022), dikutip dari laman resmi Humas Kota Bandung.
Baca juga: Jelang Idul Adha, Kasus PMK Aktif di Kendal Capai 309 Sapi di 10 Kecamatan
Seperti yang diketahui, pembagian daging kurban di sejumlah wilayah menggunakan besek berlapis daun pisang agar lebih ramah lingkungan.
Akan tetapi, daging kurban disarankan tidak dikemas menggunakan besek di tengah wabah PMK. Pasalnya, cairan daging dapat menetes di berbagai tempat dan berisiko menulari hewan ternak rentan lainnya bila mengandung virus.
"Kalau pakai besekan, saat sampai di rumah, dagingnya direbus, besekan atau daunnya dibuang ke tempat sampah. Dari sana nantinya daun dibuang ke penampungan sampah, ada peluang kambing yang ada di sana makan daun tersebut," jelasnya.
Di samping itu, besek yang terbuat dari bau juga akan menyerap bau, kotoran, dan bakteri dari daging di dalamnya.
"Bambu juga sama. Itu akan sulit dibersihkan karena menempel," ucapnya.
Baca juga: Cegah Meluasnya PMK Jelang Idul Adha, DPPKP dan Polres Purworejo Cek Ternak di 16 Kecamatan
Oleh karena itu, ia menyarankan untuk membungkus daging kurban dengan menggunakan plastik bening.
"Kalau dibungkus pakai plastik, plastiknya tinggal direndam air panas, nanti virusnya mati dan plastiknya boleh dibuang ke tempat sampah, jangan dibuang sembarangan," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.