SEMARANG, KOMPAS.com- Panasnya Kota Semarang siang itu, membuat sebagian orang memilih Perpustakaan Warak Kayu sebagai tempat berteduh.
Letaknya tidak cukup jauh dari Tugu Muda Semarang, tepatnya di Kawasan Taman Kasmaran, Jalan Dr Soetomo, Kota Semarang.
Perpustakaan yang dikenal dengan sebutan Microlibrary Warak Kayu ini tampak berbeda dari perpustakaan pada umumnya.
Bentuknya kecil, seperti rumah panggung. Bahkan, hampir 90 persen bangunannya terbuat dari kayu.
Uniknya, sisi-sisi bangunan itu didesain menyerupai sisik Warak Ngendok yang merupakan ikon Kota Semarang. Itulah mengapa perpustakaan mungil ini dinamai Microlibrary Warak Kayu.
Hal tersebut dikatakan oleh satu-satunya pustakawan Microlibrary Warak Kayu, Ariella Novianty Tangguh.
Ariella, sapaan akrabnya, mengatakan, perpustakaan unik ini dilengkapi sejumlah fasilitas yang ditujukan untuk menarik perhatian anak-anak agar berkunjung untuk membaca buku.
Di lantai bawah, ada ayunan memanjang dari kayu. Sementara di atasnya, ada pula jaring-jaring dari tali yang membentuk persegi.
“Karena literasi harus dibangun sejak dini. Sehingga kita harus membuat bangunan yang menarik untuk anak-anak. Jadi mereka mau naik untuk baca buku,” tutur Ariella saat ditemui Kompas.com, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Berdiri Saat Pandemi, Sekolah di Garut Ini Punya Perpustakaan Digital
Tak heran, bangunan yang didesain oleh Suryawinata Haizelman Architecture Urbanism (SHAU) ini pernah mendapat dua penghargaan bergengsi.
Di antaranya Architizer A+ Awards pada tahun 2020 dan Arsitektur Building of the Year 2021 dari ArchDaily.
Lantaran demikian, lebih dari 2000 koleksi buku tertata rapi di rak-rak buku yang membentuk letter U.
Tidak hanya buku cerita anak, perpustakaan yang berdiri sejak tahun 2020 ini juga menyediakan buku untuk kalangan remaja hingga dewasa, baik fiksi maupun non fiksi.
Sehingga, Ariella menyebut, Microlibrary Warak Kayu bebas dikunjungi oleh kalangan manapun, dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
“Mungkin kalau ke sini orang bisa merasakan visualnya membaca buku. Kalau baca di rumah biasa saja, kadang ngantuk. Di sini suasana dan view-nya berbeda juga, jadi lebih nyaman,” tutur Ariella.
Lebih jelas Ariella menambahkan, pengunjung perpustakaan dibebaskan untuk menempati segala sudut, sesuai kenyamanan masing-masing.
Tidak hanya di bagian meja dan kursi, pengunjung juga dipersilakan duduk lesehan atau pun duduk di jaring-jaring tali.
Terlepas dari itu, tentu, Microlibrary Warak Kayu ini memiliki sejumlah peraturan yang tak boleh disepelekan.
“Yang paling utama harus memakai kaos kaki. Tidak boleh bawa makanan ataupun minuman, dan juga buku-buku disini hanya bisa dibaca di tempat, tidak dipinjamkan,” jelas dia.
Microlibrary Warak Kayu beroperasi dari hari Senin hingga Sabtu pada pukul 08.30 sampai 15.30 WIB. Lantaran masih terjebak di masa pandemi Covid-19, batas maksimal pengunjung yang menempati ruang utama hanya 10 orang saja.
“Kalau penuh 10 orang, harus nunggu dulu di bawah. Setelah ada yang turun, baru bisa naik ke perpustakaan,” tutur Ariella.
Suara bising kendaraan yang berlalu lalang tiada henti, rupanya tak memecah konsentrasi para pengunjung. Sebagian besar pengunjung sibuk dengan buku bacaannya, sisanya membuka laptop untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Tampak tiga anak-anak berpose santai di atas jaring-jaring tali sambil membolak-balikkan lembaran buku. Salah satunya, Billie, siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) Kristen Gergaji. Ini bukanlah kunjungan pertamanya ke Microlibrary Warak Kayu.
Warga asal Kaligarang ini mengaku, sejak kecil dirinya sudah diajarkan untuk mencintai buku oleh kedua orang tuanya. Sehingga, dirinya tidak segan-segan berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku.
“Di sekolahan kan disuruh baca buku terus. Kalau saya suka baca buku cerita bergambar,” terang Billie.
Baca juga: Perpustakaan PATABA di Blora, Didirikan Soesilo Toer untuk Sang Kakak Pramoedya Ananta Toer
Tidak hanya itu, alasan Billie memilih perpustakaan lantaran untuk mengisi waktu liburannya bersama 2 kawannya itu.
“Soalnya ini lagi musim Covid. Kalau main handphone (HP) sudah bosan. Kalau bosan, baca buku saja biar mood,” jelas dia.
Hal senada juga disampaikan oleh Nino, siswa kelas 4 SD Petompon 1. Dirinya mengaku, lebih senang membaca buku daripada bermain HP. Tak heran, Nino juga memiliki banyak koleksi buku di rumahnya.
“Ada banyak buku di rumah. Ini kan masih libur, tadi kita bertiga jalan bareng-bareng dari rumah ke sini. Tapi sudah dapat izin dari orang tua,” tutur Nino.
Sementara itu, pengunjung lainnya, Darwati, mengaku, baru pertama kali menginjakkan kaki di Microlibrary Warak Kayu.
Menurut dia, suasana membaca di perpustakaan mungil ini sangat nyaman bagi pecinta buku sepertinya.
Pasalnya, angin dari luar dapat keluar masuk melalui dinding-dinding kayu terbuka. Tidak hanya itu, lantai kayu yang dipijak juga memberi kesan homey dan nyaman.
“Kalau yang hobi bacanya di tempat yang sunyi, ini bukan rekomendasi. Tapi kalau suka baca di keramaian, tetap tidak masalah. Karena suasananya mendukung,” jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.