UNGARAN, KOMPAS.com - Animo masyarakat untuk belajar Bahasa Jawa saat ini terus meningkat.
Antusiasme ini merupakan kabar gembira karena saat ini terjadi degradasi budaya daerah pada anak-anak, termasuk kemampuan berbahasa Jawa.
Kemerosotan ini akibat orangtua yang membiasakan anak menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari.
“Anak muda saat ini ada kemerosotan berpakaian dan berbahasa Jawa. Karena di rumah mereka dibiasakan berbahasa selain bahasa daerah. Harapan kami agar masyarakat dalam keluarga tetap menggunakan bahasa Jawa,” ujar Ketua Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Kabupaten Semarang Seno Wibowo di aula Kecamatan Tengaran, Selasa (5/7/2022).
Baca juga: Menkominfo Johnny G Plate Sambut Delegasi G20 dengan Bahasa Jawa dan Kenalkan Filosofi Jawa
Seno mengakui banyak orangtua tidak menggunakan dan mengajarkan Bahasa Jawa, karena lebih rumit daripada bahasa lainnya.
“Saya lihat anak yang lahir tahun 1970-an kesini sudah gagap ketika ditanya wayang, bahasa ngoko, dan krama inggil. Tidak jarang mereka kesulitan membedakan bahasa krama inggil dan ngoko,” ungkapnya.
Orangtua justru membiasakan menggunakan bahasa asing, seperti Bahasa Inggris.
"Salah satu alasannya karena dengan menguasai Bahasa Inggris mereka mudah mendapatkan pekerjaan," kata Seno.
Baca juga: Angka 1 sampai 100 dalam Bahasa Jawa Ngoko dan Kromo serta Filosofinya
“Sebenarnya Bahasa Jawa ini kan bahasa ibu. Di dalamnya ada filosofi budaya yang tinggi, bagaimana menghormati orangtua, menghormati sesama dan menghormati orang yang lebih tua. Sementara bahasa bahasa asing kita tidak mengerti filosofis di dalam bahasa tersebut,” tambah Seno.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Cabang Permadani Kecamatan Tengaran, Manto mengatakan sejak dibentuk tahun 2016, sudah ratusan siswa yang bergabung di pawiyatan Permadani Tengaran.
"Siswa Permadani Tengaran saat ini beranggotakan dari berbagai kecamatan, sementara untuk Angkatan ke-52 ini sudah terdaftar 40 siswa, harapannya bertambah lagi dan semakin berkembang," jelasnya.
Dia berharap lulusan pawiyatan Permadani Tengaran bisa mengembangkan budaya Jawa.
"Pembelajaran nantinya akan ditempuh 40 kali pertemuan selama lima bulan, siswa akan diajarkan Panatacara dan Pamedhar Sabdha, siswa juga bisa mengenal tradisi adat budaya Jawa," ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.