KOMPAS.com - Siapa sangka kearifan lokal berupa syair berisi kisah yang dituturkan turun temurun bisa menyelamatkan nyawa puluhan ribu nyawa warga di Pulau Simeulue dari terjangan tsunami yang mematikan.
Saat gempa magnitudo 9,1 yang disusul tsunami Aceh melanda pada tahun 2014, warga Pulau Simeulue berhasil menyelamatkan diri dipandu oleh kearifan lokal yang dikenal dengan nama Smong.
Baca juga: Tragedi Tsunami Aceh dan Mitigasi Bencana
Dilansir dari laman Dishub Aceh, Smong adalah istilah yang berasal dari Bahasa Devayan, Bahasa asli Simeulue yang berarti hempasan gelombang air laut.
Baca juga: Kenang Tsunami Aceh, Jusuf Kalla: Saya Menangis, Waktu Itu Korban Bergelimpangan
Smong adalah kearifan lokal masyarakat Simeulue yang berasal dari rangkaian sejarah pengalaman pada masa lalu ketika menghadapi bencana tsunami.
Baca juga: 7 Fakta Tsunami Aceh 26 Desember 2004: Gempa Setara Bom 100 Gigaton
Kisah tentang Smong diceritakan secara turun-temurun melalui nafi-nafi dari generasi ke generasi.
Nafi adalah budaya lokal masyarakat Simeulue berupa adat tutur atau cerita yang berisikan nasihat dan petuah kehidupan bagi kaum muda tentang bagaimana menjalani kehidupan.
Awal kemunculan Smong terkait dengan berawal dari musibah ombak besar yang menghantam pesisir pulau Simeulue, terutama di Kecamatan Teupah Barat pada tahun 1907 silam.
Waktu itu terdapat gempa dengan magnitude 7,6 yang diiringi dengan ombak besar yang menimbulkan kehancuran dan memakan banyak korban jiwa.
Jejak bencana hebat tersebut masih terlihat pada sebuah kuburan yang terletak di pelataran masjid Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat.
Sejak itu, kata Smong menjadi budaya tutur yang menyebar di antara masyarakat Simeulue untuk menggambarkan bencana gempa dan gelombang air laut yang mematikan tersebut.
Smong disampaikan kepada generasi muda termasuk anak-anak di berbagai kesempatan termasuk di surau-surau setelah mengaji, ketika anak-anak membantu orang tuanya, menjadi cerita selingan di tengah kesibukan, atau sebagai kisah pengantar tidur.
Smong juga dapat ditemui dalam kesenian tradisional Nandong yang populer di daerah Simeulue, Aceh.
Nandong diambil dari istilah senandung, yaitu nyanyian atau alunan lagu yang disampaikan dengan suara yang lembut.
Orang tua menggunakan Nandong untuk mengajarkan tentang Smong dengan melihat tanda-tanda kedatangannya.
Semua orang tua melakukan hal yang sama hingga smong menjadi sebuah kearifan lokal yang diwariskan dengan harapan kejadian yang sama tidak akan terjadi lagi. Berikut adalah bunyinya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.