"Mana yang layak menggunakan BBM bersubsidi dan tidak itu harus bisa disaring oleh aplikasi itu," ujarnya.
Jika masih tetap tak bisa menyaring pengguna, kata Luki, lebih baik aplikasi tersebut tak usah digunakan.
"Harapannya itu, bisa tetap menyaring karena gak adil buat saya, subsidi itu untuk ekonomi menengah ke bawah, kalau yang ekonominya tinggi mah lebih baik pakai yang non subsidi," tuturnya.
Berbeda dengannya, Elvan Arifin Soleh (34) mengatakan tidak sepakat dengan penggunaan aplikasi tersebut untuk mengisi BBM Pertalite dan Solar bersubsidi.
Ia menganggap penggunaan aplikasi tersebut akan semakin menyulitkan pengendara.
"Buat saya justru tambah ribet, kondisinya tidak pas aja, sosialisasinya terlalu mendadak," ujarnya.
Elvan menuturkan, pengelolaan antrean SPBU saja masih belum kondusif, ditambah dengan penggunaan aplikasi justru membuat antrean akan semakin karut-marut.
"Lihat aja kondisinya sekarang kaya gimana, ngantre berjam-jam, apalagi kondisi pagi atau sore, terus ditambah aplikasi itu bakal makin ribet," beber dia.
Keduanya berharap penerapan aplikasi itu, menjadi solusi bagi pengelolaan BBM di tanah air.
"Ya, tentunya bisa menjadi lebih kondusif lah, kata di luar negeri," kata Elvan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.