MAGELANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada para pedagang hewan ternak, khususnya sapi, untuk mencatat riwayat setiap transaksi dan melaporkannya guna menekan penyebaran virus penyebab Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Apalagi, menjelang hari raya Idul Adha 1443 Hijriah ini, pengawasan terhadap aktivitas perdagangan hewan ternak cukup sulit dilakukan. Ini berdampak pada pengendalian keluar-masuk hewan ternah antardaerah.
“Saya minta membuat pos-pos untuk bisa mengawal mereka semuanya. Sapi-sapi, ternak-ternak yang bisa terkena PMK, minimal dicatat," kata Ganjar, usai membuka Borobudur Student Festival di SD Kanisius Wanurejo Bororobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (27/6/2022).
Baca juga: Soal Wacana Diduetkan dengan Anies Baswedan, Begini Respons Ganjar
"Kita minta tolong betul para pedagang sapi, tolong dong semua dilaporkan beli di mana, di jual di mana, karena itu akan sangat membantu kita. Sebab kalau kucing-kucingan nanti bahaya,” lanjut Ganjar.
Menurut dia, pos-pos yang dibuat berfungsi untuk mengontrol arus keluar-masuk hewan ternak antardaerah, dengan demikian penyebaran PMK juga dapat terkendali.
“Boleh (masuk) sebenarnya dikontrol saja. Kalau kontrolnya bagus kan enggak apa-apa. Pos-posnya dibuat,” tuturnya.
Baca juga: Respons Ketua PDIP Solo Soal Wacana Duet Pemersatu Bangsa Anies-Ganjar
Terkait vaksin PMK, Provinsi Jawa Tengah telah memperoleh tambahan pasokan sebanyak 75.000 dosis, dari sebelumnya 1.500 dosis. Ganjar ingin vaksin tersebut segera disuntikkan ke hewan ternak.
Dia pun meminta para penyuluh, peternak, hingga masyarakat untuk terlibat aktif ikut mengatasi penyebaran PMK di Jawa Tengah.
“Semua sapi. Semua binatang karena kita mau bereskan penyakitnya secara keseluruhan. Maka, saya minta penyuluhnya, peternaknya, saya minta masyarakatnya, kawan-kawan di desa untuk semua bisa mendata. Sekali lagi didata,” kata Ganjar.
Ganjar mengungkapkan, meskipun sudah mendapatkan tambahan, Jawa Tengah masih membutuhkan sekitar 2 juta dosis vaksin PMK.
Di sisi lain, perlunya edukasi masyarakat terkait penanganan PMK, sebab penyakit ini dapat sembuh dengan cara diobati.
“Kalau kita kurang lebih 2 jutaan itu vaksin ya, tapi yang sakit diobati dan trennya sebenarnya diobati sembuh kok hanya butuh edukasi yang lebih,” tutur Ganjar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.