KOMPAS.com - Kecelakaan Kapal pengangkut 30 Pekerja Migran Indonesia di Perairan Nongsa Batam, Jumat (16/6/2022) lalu menyisakan trauma pada Muhammad Zohir Abas (21).
Pemuda ini mengaku masih mengingat dengan jelas detik-detik sebelum kapal terbalik hingga membuat para penumpang jatuh ke laut dan 7 di antaranya hingga sampai sekarang.
Saat ditemui di Shelter BP2MI Kepri, Selasa (21/6/2022) sore, Abas mengaku bersyukur berhasil selamat dari musibah itu.
Dia mengaku, saat di lautan, jeriken kosong berukuran kecil lah yang menjadi penyelamat Abas saat kapal yang ditumpanginya terbalik.
Baca juga: Mayat Pria Ditemukan di Perairan Singapura, Ternyata PMI Ilegal Korban Kapal Tenggelam di Batam
Abas tak bisa membayangkan jika tak ada jeriken kecil itu, bisa saja dia ikut tenggelam bersama tujuh rekannya yang hingga kini belum ditemukan.
"Malam saat kejadian itu, tak tau lagi menggambarkan suasananya. Semua sudah berpasrah. Apalagi saat detik-detik kapal kami terbalik," ujar pria yang akrab dipanggil Abas itu.
Kapal yang mereka tumpangi bersama 30 Pekerja Migran Indonesia (PMI) lainnya terbalik dihantam gelombang laut.
"Masih terbayang-bayang kejadian itu. Tak akan terlupakan seumur hidup, saya bisa selamat dari kematian," ujar Abas penuh rasa bersyukur.
Baca juga: Cerita Sumaini Menanti Kabar Suami, PMI Ilegal Korban Kapal Tenggelam di Perairan Batam
Abas pun menceritakan detik-detik peristiwa malam itu. Ia mengaku malam itu mereka diangkut pakai kapal Fiber.
"Kapalnya itu kecil, harusnya cuma muat 15 orang namun kami di dalamnya ada 30 orang. Setelah semua penumpang dimasukkan dalam kapal lalu kapal langsung berangkat," katanya.
Dengan kecepatan tinggi, kapal pun langsung melesat memasuki alur perairan yang dalam. Menurutnya, saat memandu kapal sang tekong kapal terlihat cukup berpengalaman.
Itu dia lihat dari cara memandu. Meski semua terlihat gelap, namun tekong mampu memecah gelombang laut.
"Berlayar kurang lebih sekitar 20 menit, tiba-tiba kapal kami mati mesin di pertengahan laut. Kami pun di dalam kapal panik. Kata tekong malam itu, mesin kapal mereka rusak kena kayu," katanya.
Abas menyebut, malam itu juga, mereka berusaha memperbaiki kapal namun tak kunjung bisa. Angin dan gelombang laut pun terus menghantam kapal yang berisikan 30 PMI.