“Mereka ada sejak era ’70-an, yang mana saat itu perempuan tampil bernyanyi di depan umum, apalagi mereka menggunakan atribut keislaman, ini menjadi hal yang luar biasa,” ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (21/6/2022).
Aris mengistilahkan fenomena Nasida Ria sebagai perlawanan dalam kepatuhan.
Baca juga: Demi Perdamaian, Nasida Ria Siap jika Diminta Tampil di Rusia dan Ukraina
“Dalam konteks keterkungkungan, perempuan ditempatkan harus nurut suami. Dalam kebudayan Jawa, perempuan menjadi kanca wingking. Tapi Nasida Ria melakukan perlawanan, perlawanan dalam kepatuhan,” ucapnya.
“Dengan mereka bersenandung di depan umum, ada ruang perlawanan di sana. Namun, mereka tetap dalam norma kepatuhan. Mereka tampil dalam bingkai religus, menyuarakan keislaman, mengajak berbuat baik, bagi saya ini adalah perlawanan dalam kepatuhan,” ungkapnya.
Baca juga: Mengenal Nasida Ria, Grup Kasidah Lokal yang Mendunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.