MANADO, KOMPAS.com - Penyebab bencana alam yang terjadi di Pantai Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, masih terus dikaji.
Hal ini dikatakan Sekretaris Daerah (Sekda) Minahasa Selatan Glady Kawatu saat dikonfirmasi, Selasa (21/6/2022).
"Penyebab pastinya belum diketahui. Masih dalam kajian," katanya.
Baca juga: Kesaksian Warga Saat Abrasi di Pantai Amurang Minahasa Selatan: Tinggal Baju di Badan
Hal serupa dikatakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minahasa Selatan Thorie Joseph.
Thorie mengaku ia belum bisa bicara banyak soal penyebab pasti puluhan rumah dan infrastruktur tenggelam dan hanyut di Pantai Amurang.
"Sudah ada tim yang turun ke lokasi sebelumnya, di antaranya BMKG, Balai Jalan, Balai Sungai, dan tim dari Unsrat. Tapi masih dikaji penyebab pastinya," ujarnya.
"Kemungkinan penyebab pastinya akan diketahui pada bulan di muka (Juli)," tambahnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Ricky Daniel Aror mengatakan, penyebab bencana terus dikaji.
"BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lembaga lintas sektor dan pakar lintas disiplin terus mengkaji secara mendalam penyebab bencana di Pantai Amurang, Minahasa Selatan," sebutnya lewat pesan singkat, Selasa siang.
Terkait bencana di Pantai Amurang, BMKG telah mengeluarkan rilis. Menurut BMKG, terdapat opini yang beredar bahwa bencana di Pantai Amurang, Minahasa Selatan, dipicu faktor cuaca dan gempa.
Baca juga: Abrasi Pantai Minahasa Selatan, Rumah yang Ambles ke Laut Jadi 33 Unit
Akan tetapi, berdasarkan Analisis Tim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disebutkan bahwa penyebab bencana tersebut adalah faktor lain.
"Bencana yang terjadi di Pantai Amurang itu bukan karena cuaca ekstrem, iklim ekstrem, atau aktivitas kegempaan. Namun disebabkan oleh faktor yang lain," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto kepada rekan media di Jakarta, Senin (20/6/2022).
Adapun bencana Minahasa Selatan terkait jembatan ambrol dan amblasnya sejumlah rumah di area Pantai Amurang akan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan berbagai pakar dan kementerian/lembaga terkait.
Ia merinci, pada saat terjadinya bencana tersebut pada 14 Juni, curah hujan tercatat pada angka 5 mm di UPTD Tumpaan dan 3 mm di Amurang Timur dalam kategori hujan ringan yang diperkuat data citra radar cuaca dan satelit cuaca pukul 13.30-14.00 WITA.
Kemudian dari sisi kegempaan tidak ada aktivitas gempa bumi di sekitar Pantai Amurang memicu terjadinya bencana ambrolnya jembatan dan amblasnya beberapa rumah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.