KUPANG, KOMPAS.com - Tangis Maria Merliwati Iba (12) langsung pecah, saat ditanya gurunya akan melanjutkan sekolah ke mana.
Siswi kelas VI Sekolah Dasar Negeri (SDN) Fatke, Desa Kaubele, Kecamatan Biboki Moenleu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), itu hanya tertunduk lesu dan terus menangis.
Ia sendirian duduk di dalam ruangan kelas VI saat mendengar pengumuman kelulusan di sekolah itu. Sedangkan teman-temannya yang lain, ditemani orangtuanya masing-masing.
Siswa yang akrab disapa Wati itu menangis dalam ruangan kelas. Orangtua siswa dan guru ikut sedih.
Momen Wati berada di ruang kelas itu diabadikan lewat foto oleh guru kelas V SDN Fatke Alfrits Koa. Alfrits membagikan foto itu ke media sosial Facebook dengan penjelasan kondisi Wati.
Wati merupakan anak yatim piatu. Ayahnya, Zakarias Sanaunu berpulang 10 tahun lalu, sementara sang ibu Antonika Lalian Tani meninggal pada 2018.
Wati menangis karena belum tahu melanjutkan sekolah ke mana. Selama ini, ia dan dua saudaranya diasuh tantenya, Sikudina Kofan (56).
Namun, kondisi keuangan Sikudina tak cukup membiayai sekolah Wati karena pekerjaannya sebagai petani lahan kering hanya bisa memenuhi biaya hidup sehari-hari.
Baca juga: Rumput di Area Bandara El Tari Kupang Terbakar, Penerbangan Lion Air Delay 1,5 Jam
Suami Sikudina telah meninggal beberapa tahun lalu. Kondisi itu membuat Wati bingung saat ditanya guru kelasnya ke mana akan melanjutkan sekolah setelah lulus SD.
Unggahan Alfrits itu pun viral di sejumlah media sosial dan mendapat tanggapan beragam dari sejumlah warganet dan warga yang siap membantu Wati.
Kepada Kompas.com, Alfrits menceritakan, peristiwa itu terekam saat pengumuman kelulusan murid kelas VI pada Rabu (15/6/2022).
Semua di dalam ruangan ikut menangis, saat melihat Wati yang duduk sendirian sambil menangis," ujar Alfrits Koa, kepada Kompas.com, Kamis (16/6/2022).
Alfrits menyebut, Wati mendengar kelulusan bersama 11 murid kelas VI lainnya. Para murid yang lain, datang bersama orangtua mereka.
Sedangkan Wati tidak ditemani tantenya, karena sedang mengikuti acara keluarga di pemakaman umum setempat.
"Jujur, secara pribadi saya sangat sedih sekali dengan situasi yang kami alami dalam ruangan kelas VI kemarin. Terlihat pada foto sangat jelas, ada anak yang didampingi orangtua, sedangkan adik kita ini (Wati) hanyalah seorang diri," ujar Alfrits.
"Terlintas dalam benak saya, apakah orangtuanya sedang sibuk sehingga tidak ada yang mendampinginya? Ketika ia ditanya oleh wali kelas mereka Pak Kanisius Nube, siapa yang mendampingi? Ia pun menjawab Bapak Ani yang dampingi," sambungnya.