NUNUKAN, KOMPAS.com – Seorang sales sembako bernama MM (47) di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara diamankan polisi akibat dugaan persetubuhan terhadap gadis 15 tahun.
Kapolsek Nunukan Kota AKP Ridwan Supangat mengungkapkan, MM memiliki bujuk rayu tak biasa terhadap korbannya.
‘’Tersangka memanfaatkan betul kondisi ekonomi korbannya. Kebetulan si korban tinggal dengan neneknya yang sedang sakit. Untuk kebutuhan sehari-hari, ia menjual hasil kebun,’’ujarnya, Rabu (15/6/2022).
Pekerjaan korban menjadi celah pelaku untuk melakukan persetubuhan tersebut.
Pelaku selalu meminta korban untuk mengantarkan hasil kebun ke rumahnya, dengan janji dibeli dengan harga jauh lebih mahal ketimbang harga di pasaran.
‘’Sekali, dua kali pengantaran, mungkin belum kejadian. Tapi begitu sering mengantar, komunikasi kian akrab dan terjadilah tindak asusila tersebut. Itu terjadi bulan Maret 2022, dan persetubuhan dilakukan sebanyak empat kali di bulan itu,’’lanjutnya.
Baca juga: Remaja 16 Tahun di Brebes Perkosa Balita 4 Tahun, Diduga karena Sering Nonton Film Porno
Perkenalan dua insan dengan usia terpaut 32 tahun ini, terjadi saat korban mengantar adik yang selama ini tinggal dengan tantenya, ke sekolah. Jalur tersebut melewati depan rumah MM.
Suatu ketika, korban terlihat mondar mandir karena keberadaan anjing di lokasi tersebut.
Merasa iba, pelaku mencoba menolong korban dengan menjauhkan anjing tersebut.
‘’Dari situlah korban ditanya, namanya siapa, kerja di mana dan seperti umumnya orang kenalan. Korban juga memberitahukan kalau dia menjual hasil kebun ke pasar untuk kebutuhan sehari harinya,’’tambah Supangat.
Baca juga: Keluarga Korban Perkosaan Berharap Herry Wirawan Dihukum Mati
Informasi tersebut akhirnya membuat pelaku yang bekerja sebagai sales sembako ini memanfaatkan keadaan.
Ia meminta nomor ponsel korban dan mengatakan agar korban menjual hasil kebunnya ke dia saja.
MM menjanjikan harga lebih atau lebih mahal ketimbang harga di pasar, dengan syarat korban mau mengantarkan hasil kebunnya ke rumahnya.
Di situlah awal mula peristiwa yang merenggut kesucian korban terjadi.
‘’Kami bertanya pada korban, mengapa sampai terjadi berulang kali?, jawabannya membuat kami terhenyak dan sangat prihatin. Dia menjawab, kalau tidak mendapat rezeki lebih dari biasanya, bagaimana ia bisa membawa neneknya berobat. Padahal lebihnya juga tidak manusiawi. Terbayang kan betapa berat kondisi ekonomi, sehingga membuatnya harus melakukan itu,’’tuturnya.