Menurut Ubaid, banyaknya kasus kekerasan di sekolah karena pemerintah tidak pernah menganggap serius persoalan ini.
Kata Ubaid, hasil riset JPPI 2021-2022 tentang Right to Education Index, yang paling buruk adalah soal savety learning environment (lingkungan belajar yang aman).
"Sekolah ramah anak masih sebatas retorika kebijakan saja dan belum well implemented (dilaksanakan dengan baik) di lapangan. Pengawasan yang buruk dan tidak adanya early warning system (sistem peringatan dini) ini juga turut andil dalam soal ini," jelasnya.
Baca juga: Kasus Dugaan Penganiayaan Pelajar MTs hingga Tewas di Kotamobagu, Polisi Periksa 9 Siswa
Untuk menciptakan savety learning environment di sekolah, kata Ubaid, harus didorong oleh kebijakan pemerintah untuk menerapkan di semua sekolah soal sekolah ramah anak ini, jangan hanya di sekolah-sekolah tertentu yang jadi percontohan yang tidak pernah dievaluasi.
"Ini bisa dikembangkan dengan membangun cara pandang, sikap, dan praktik toleransi aktif, anti kekerasan, peduli lingkungan, empati, dan setia kawan.
Baca juga: Siswa SD di Binjai Meninggal Diduga akibat Dikeroyok Teman Sekolah, Ibu Korban Menuntut Keadilan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.