Tan Bun An memboyong pujaan hati ke negara asalnya untuk meminta restu dari orang tuanya.
Setelah merestui pernikahan putranya, orang tua Tan Bun An memberikan hadiah berupa tujuh guci besar yang berisi emas kepada anak dan menantunya.
Beberapa waktu setelah itu, keduanya kembali ke Palembang. Saat di Palembang, Tan Bun An membuka hadiah dari orang tuanya.
Ia terkejut karena guci tersebut berisi sayuran sawi yang telah membusuk. Lalu, guci-guci itu dibuang ke Sungai Musi.
Saat akan membuang guci terakhir, guci tersebut jatuh di atas dek dan pecah. Ternyata di dalamnya terdapat emas.
Merasa bersalah telah membuang guci pemberian orang tuanya, Tan Bun An lalu terjun ke Sungai Musi mengambil emas tersebut.
Pengawal yang mengetahui Tan Bun An terjun ke sungai, ia mengikuti tuannya untuk membantu. Namun, kedua orang itu tidak segera muncul ke permukaan.
Siti Fatimah resah menunggu suaminya, akhirnya ia ikut terjun ke sungai menyusul Tan Bun An dan tidak muncul lagi ke permukaan.
Baca juga: Menyambut Cap Go Meh di Pulau Kemaro
Beberapa waktu kemudian, muncul pulau kecil di tempat Tan Bun An dan Siti Fatimah terjun. Pulau tersebut tidak tenggelam saat Sungai Musi pasang.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa gundukan tanah yang muncul tiba-tiba di Pulau Kemaro adalah kuburan kedua sejoli tersebut.
Itulah legenda asal-usul pulau seluas 180 hektar ini.
Cara Menuju Pulau Kemaro adalah melalui jalur laut melalui Dermaga Benteng Kuto Besak. Waktu tempuh perjalanan kurang lebih 20 menit untuk sampai ke Pulau Kemaro.
Biaya penyeberangan menuju Pulau Kemaro kurang lebih Rp 50.000 - Rp 150.000 per orang untuk tarif pulang pergi. (Editor: Candra Setia Budi)
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.