Tanpa berpikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh amarah serta tuduhan yang tidak beralasan.
Baca juga: Asal-usul Kota Bandung, Wilayah Luapan Sungai Citarum yang Terbendung
Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur malah membuat Patih Sidopekso semakin panas, bahkan Patih Sidopekso mengancam akan membunuh istri setianya.
Dengan hati penuh gelora kemarahan, Patih Sidopekso menyeret istrinya ke tepi sungai yang keruh dan kumuh.
Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir Sri Tanjung kepada suaminya sebagai bukti kejujuran, kesucian, dan kesetiaan.
Ia rela dibunuh dan jasadnya diceburkan ke dalam sungai yang keruh itu. Jika, darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong. Namun jika air sungai berbau harum maka dirinya tidak bersalah.
Patih Sidopekso tidak mampu menahan diri, ia segera menikam keris ke dada Sri Tanjung. Darah mengucur dari tubuh Sri Tanjung, yang seketika membuatnya tewas.
Mayat Sri Tanjung diceburkan ke sungai yang keruh, namun lama kelamaan sungai tersebut menjadi jernih seperti kaca dan berbau harum.
Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh, dan menjadi linglung. Tanpa disadari, ia menjerit Banyu...wangi...Banyu...wangi. Banyuwangi terlahir dari cinta istri pada suaminya.
Sumber:
http://gis.banyuwangikab.go.id.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.