KOMPAS.com - Danau Kerinci merupakan sebuah kenampakan alam di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Danau ini menjadi salah satu destinasi wisata alam yang memiliki pesona keindahan tersendiri.
Baca juga: Asal-usul Tanjung Lesung, Hikayat Cinta Raden Budog dan Sri Poh Haci yang Tidak berakhir Bahagia
Konon di balik keindahan Danau Kerinci, terdapat sebuah legenda yang tentang kakak beradik bernama Calungga dan Calupat.
Baca juga: Asal-usul Telaga Warna, Kisah Kerajaan yang Tenggelam Akibat Ulah Putri yang Gila Harta
Dikutip dari buku Cerita Rakyat Daerah Danau Kerinci Kabupaten Kerinci (2021) yang disusun KKLP Penerjemah Kantor Bahasa Provinsi Jambi, berikut adalah cerita singkatnya.
Baca juga: Asal-usul Danau Singkarak dan Sungai Ombiln
Alkisah di kaki Gunung Kerinci pada masa lalu hiduplah kakak beradik yatim piatu. Sang kakak bernama Calungga dan adiknya bernama Calupat.
Calungga berwatak pemarah namun gagah dan pemberani. Berbeda dengan Calupat yang dikenal bijak, cerdas, dan juga ramah.
Keduanya mendapat warisan berupa batu pusaka. Calungga mendapat batu pusaka berwarna merah delima, sementara milik Calupat berwarna putih.
Suatu hari saat tengah berburu di tengah hutan, Calungga menemukan sebuah benda yang berkilauan. Setelah didekati, benda itu ternyata sebuah telur raksasa.
Calungga lantas membawa telur itu pulang untuk diperlihatkan kepada Calupat. Tentu saja Calupat terkejut menemukan telur yang aneh itu.
Calupat merasa telur tersebut bukan telur biasa dan meminta Calungga berhati-hati. Namun Calungga justru marah dan menyebut adiknya penakut.
Rasa penasaran Calungga membuatnya nekat ingin mencoba bagaimana rasa telur tersebut. Saat Calupat tidak di rumah, Calungga lantas memasak telur itu dan memakannya hingga habis.
Benar saja firasat sang adik, hal aneh terjadi setelah Calungga selesai makan. Ia merasa sangat-sangat haus hingga tanpa sadar telah menghabiskan semua persediaan air di rumahnya.
Calungga pun berlari ke arah sungai untuk meredakan rasa hausnya. Anehnya walau Calungga telah minum begitu banyak hingga sungai itu kering, hausnya masih belum berkurang.
Tak berapa lama tubuh Calungga justru berubah memanjang dan kulitnya ditumbuhi sisik yang besar dan berkilau. Ternyata ia berubah menjadi seekor naga yang besar.
Sejak hari itu, Calungga dan Calupat harus terpisah. Calungga yang berubah menjadi naga harus mencari rumah baru karena gubuk yang mereka tempati terlalu kecil.
Dengan kekuatannya, Calungga merapal mantra yang membuat bumi berguncang disertai datangnya hujan badai. Tak lama terbentuklah danau yang menjadi rumah baru bagi Calungga.
Calupat yang kesepian sering berkunjung Danau Gedang, rumah Calungga yang telah berubah menjadi naga. Namun ia selalu sedih ketika harus kembali ke rumah dan hidup sebatang kara di tengah belantara.
Suatu hari, Calupat memberanikan diri untuk meminta kepada kakaknya agar mengantar dirinya ke sebuah dusun yang jauh berada di hilir. Calupat ingin tinggal di sana agar dirinya tak lagi merasa kesepian.
Calungga yang iba dengan kondisi adiknya menyanggupi. Disuruhnya Calupat untuk segera naik ke atas tubuhnya.
Perjalanan itu harus melewati sebuah aliran sungai yang sempit. Namun tubuh naga Calungga yang besar membuat aliran sungai yang sempit itu berubah menjadi sebuah cekungan besar.
Setelah sampai di dekat tempat tujuan, Calungga dan Calupat pun berpisah. Calungga meninggalkan adiknya dan pergi menghilang entah ke mana.
Sementara cekungan besar yang mereka lewati terisi air dan berubah menjadi danau. Danau tersebut sekarang dikenal sebagai Danau Kerinci.
Sumber: balaibahasajambi.kemdikbud.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.