Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditangkap, Diekspose, Dituduh Mafia Tanah, lalu Dilepas, Warga Padang Laporkan Mantan Kapolda Sumbar ke Komnas HAM

Kompas.com - 07/06/2022, 06:00 WIB
Perdana Putra,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

PADANG, KOMPAS.com - Seorang warga Padang, Sumatera Barat, bernama M Yusuf, melapor ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia di Jakarta, Senin (6/6/2022).

Yusuf yang merupakan Mamak Kepala Waris (MKW) kaum Maboet, melaporkan mantan Kapolda Sumbar Irjen Pol Toni Harmanto terkait dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap Yusuf dan keluarga.

Baca juga: Dugaan Mafia Tanah di Padang, Mantan Kapolda Minta Pemerintah Pusat Turun Tangan

"Kami ditangkap dan ditahan kemudian dituduh sebagai mafia tanah di atas tanah sendiri yang sudah dimenangkan berkali-kali perkara perdatanya di Pengadilan Negeri Padang dan sudah adanya surat dari BPN Padang yang menyatakan tanah ini adalah tanah adat kami kaum Maboet," kata Yusuf kepada Kompas.com, usai melapor ke Komnas HAM.

Baca juga: Tersangka Mafia Tanah di Padang Meninggal Dunia

Baca juga: 4 Mafia Tanah di Padang Menipu Korban hingga Rugi Miliaran Rupiah

Yusuf menceritakan, kejadian itu berawal dari laporan seorang pengusaha untuk membuka blokir di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Padang di atas tanah kaum Maboet.

Kemudian, kata Yusuf, Kapolda Sumbar Irjen Pol Toni Hermanto dan jajarannya saat itu, menangkap dirinya bersama warga bernama Lehar yang saat itu menjadi MKW Kaum Maboet, saudara Yusuf bernama Yasri, serta pengacaranya bernama Eko.

"Setelah ditangkap, polisi kemudian menyebut kami sebagai mafia tanah yang diekpose di media," kata Yusuf.

Namun kenyataannya, setelah ditahan selama 78 hari, Yusuf dan Yasri kemudian dilepas polisi dengan alasan tidak cukup bukti.

"Sementara mamak kami, Lehar, meninggal dunia dalam tahanan polisi. Anaknya sebelumnya sudah meminta penangguhan tahanan, tapi tidak dikabulkan," kata Yusuf.

Yusuf menduga kasus yang terjadi sudah dirancang supaya hak kaum Maboet atas tanah adat yang sudah diperjuangkan bertahun-tahun dan sudah berkali-kali menang perdatanya di PN Padang bisa hilang.

"Kami ditahan, diintimidasi, sampai mamak kami meninggal dunia. Ini betul-betul tidak berperikemanusiaan. Kenapa kami diperlakukan seperti ini," kata Yusuf.

Yusuf mengaku pihaknya sudah melapor ke Mabes Polri dan KontraS untuk mendapatkan keadilan.

Pengacara M Yusuf, Mohammad Fadli Aziz mengatakan, hak asasi kliennya merasa dilanggar oleh Toni Harmanto dan jajarannya sehingga melapor ke Komnas HAM.

Mamak kepala waris yang merupakan paman dari M Yusuf, Lehar meninggal dunia dalam tahanan.

Sedangkan saudara kliennya, Yasri, mengalami tekanan psikologis sehingga takut bertemu orang.

Penjelasan Komnas HAM

Wakil Ketua Komnas HAM RI, Amiruddin mengatakan, pihaknya akan mempelajari hal yang diadukan.

"Kami pelajari dulu, kemudian diverifikasi dan dimintai keterangan pelapor," kata Amiruddin saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Sebelumnya diberitakan, polisi mengungkap kasus mafia tanah di Padang, Sumatera Barat, yang mengaku memiliki tanah seluas 765 hektare di Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumbar pada 24 Juni 2020.

Kasus tersebut terungkap setelah salah seorang korban yang bernama Budiman membuat laporan ke Polda Sumbar pada 18 April 2020.

Kemudian polisi menangkap empat tersangka, yaitu berinisial EPM yang berprofesi sebagai swasta, LH (petani), MY (nelayan), dan YS (swasta).

Adapun tersangka LH meninggal Kamis (2/7/2020) sekitar pukul 22.10 WIB diduga akibat sakit tumor dan infeksi saluran pernapasan di RSUP M Djamil Padang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lebih dari Setahun, “Runway” Bandara Binuang Rusak Akibat Tanah Amblas

Lebih dari Setahun, “Runway” Bandara Binuang Rusak Akibat Tanah Amblas

Regional
Waspada Banjir dan Longsor, BMKG Prediksi Hujan Deras di Jateng Seminggu ke Depan

Waspada Banjir dan Longsor, BMKG Prediksi Hujan Deras di Jateng Seminggu ke Depan

Regional
Harus Alokasi Hibah Pilkada, Aceh Barat Daya Defisit Anggaran Rp 70 Miliar

Harus Alokasi Hibah Pilkada, Aceh Barat Daya Defisit Anggaran Rp 70 Miliar

Regional
2 Eks Pejabat Bank Banten Cabang Tangerang Didakwa Korupsi Kredit Fiktif Rp 782 Juta

2 Eks Pejabat Bank Banten Cabang Tangerang Didakwa Korupsi Kredit Fiktif Rp 782 Juta

Regional
Perbaikan Jembatan Terdampak Banjir di Lombok Utara Jadi Prioritas

Perbaikan Jembatan Terdampak Banjir di Lombok Utara Jadi Prioritas

Regional
PKS Usulkan Anggota DPR Nasir Djamil Jadi Cawalkot Banda Aceh

PKS Usulkan Anggota DPR Nasir Djamil Jadi Cawalkot Banda Aceh

Regional
Tak Terima Ibunya Dihina, Pria di Riau Bunuh Istrinya

Tak Terima Ibunya Dihina, Pria di Riau Bunuh Istrinya

Regional
Sambut Indonesia Emas 2045, GP Ansor Gelar Acara Gowes Sepeda Jakarta-Bogor

Sambut Indonesia Emas 2045, GP Ansor Gelar Acara Gowes Sepeda Jakarta-Bogor

Regional
Pengadaan Kapal Fiktif Rp 23,6 Miliar, Pengusaha Cilegon Divonis 4 Tahun Penjara

Pengadaan Kapal Fiktif Rp 23,6 Miliar, Pengusaha Cilegon Divonis 4 Tahun Penjara

Regional
5 Pemandian Air Panas Magelang, Ada yang Buka 24 Jam

5 Pemandian Air Panas Magelang, Ada yang Buka 24 Jam

Regional
Terduga Pelaku Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar Belum Tertangkap

Terduga Pelaku Pembunuhan Karyawan Toko Pakaian Asal Karanganyar Belum Tertangkap

Regional
Motif Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya, Korban Minta Rp 2,5 Juta dan Cekcok

Motif Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya, Korban Minta Rp 2,5 Juta dan Cekcok

Regional
Soal Hibah Pembangunan Gedung Baru Senilai Rp 7,3 M, Kejari Blora: Gedung Sempit

Soal Hibah Pembangunan Gedung Baru Senilai Rp 7,3 M, Kejari Blora: Gedung Sempit

Regional
Miring Sejak 2018, Jembatan Dermaga Sei Nyamuk di Pulau Sebatik Ambruk

Miring Sejak 2018, Jembatan Dermaga Sei Nyamuk di Pulau Sebatik Ambruk

Regional
Kesaksian Korban Truk Terguling di Kebumen: Remnya Blong, Bannya Bocor

Kesaksian Korban Truk Terguling di Kebumen: Remnya Blong, Bannya Bocor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com