Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Mantan Pemburu Satwa: Insafnya "Raja" Penembak Burung

Kompas.com - 05/06/2022, 16:02 WIB
Rosyid A Azhar ,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Ardin Mokodompit (28), mantan pemburu satwa di hutan Suwawa, Bone Bolango, Gorontalo, yakin dengan membiarkan hewan-hewan hidup bebas di habitatnya, lebih mendatangkan uang dari pada menembaknya.

Satwa liar, terutama burung dan mamalia yang diketahuinya, telah memberi pendapatan terus-menerus sebagai pemandu wisata.

Baca juga: Kasus Penyelundupan 56 Satwa Liar di Gorontalo, 3 Kura-kura Terancam Punah Mati

Ia biasa mengantarkan wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mengamati burung dan satwa lain di Kawasan Hungayono, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

“Saya hafal tempat di mana burung biasa berada pada jam-jam tertentu, termasuk sarang tarsius,” kata Ardin Mokodompit, Minggu (5/6/2022).

Baca juga: 56 Satwa Liar yang Coba Diselundupkan dari Makassar ke Manado Berstatus Nyaris Punah dan Genting

Kemampuan mengetahui perilaku satwa ini menjadi kunci keberhasilannya sebagai pemandu wisata. Dari pengetahuan inilah, dia dipercaya membawa banyak wisatawan di sekitar Taman Nasional.

“Dari pada ditembak untuk dimakan paling-paling untuk mencukupi kebutuhan sehari, harganya juga tidak seberapa. Kalau satwa dibiarkan hidup, wisatawan akan terus datang. Tuhan akan terus memberi rezeki melalui satwa-satwa ini,” kata Ardin.

Sebagai pemandu wisata lokal yang paham daerahnya, dia benar-benar merasakan manfaat pelestarian satwa untuk menunjang ekonomi keluarga.

Ardin yang sekarang berbeda dengan Ardin yang dulu. Semasa remaja, dia adalah pemburu satwa, hewan apa saja yang diburunya.

Dia dan banyak teman kampungnya biasa mencari hewan di hutan atau di kebun warga.

Semakin banyak yang didapat, semakin membanggakan. Bahkan akan lebih bergengsi lagi jika mampu membunuh hewan yang dianggap sulit dicari, salah satunya julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix).

Julang Sulawesi dalam Bahasa lokal Gorontalo disebut burung alo yang dipercaya sebagai burung raja yang memiliki tuah.

Bahkan kepala burung ini digantung di rumah warga sebagai jimat tolak bala. Tidak heran burung endemic Sulawesi ini banyak diburu orang.

“Saya dulu pernah dijuluki raja tembak burung karena memiliki kemampuan mendapatkan banyak hewan buruan,” ujar Ardin.

Lain cerita Ardin Mokodompit, lain pula cerita Basri Lamasese (47), warga Dusun 3 Desa Molibagu, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara.

Petani gula aren ini awalnya adalah pemburu satwa dan telur maleo (Macrocephalon maleo) di Kawasan Batu Manangis.

Basri Lamasese (45) warga Dusun 3 Desa Molibagu Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Petani gula aren ini awalnya adalah pemburu satwa dan telur maleo (Macrocephalon maleo) di Kawasan Batu Manangis.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Basri Lamasese (45) warga Dusun 3 Desa Molibagu Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Petani gula aren ini awalnya adalah pemburu satwa dan telur maleo (Macrocephalon maleo) di Kawasan Batu Manangis.

“Saya berburu tidak menggunakan senjata, hanya jerat dari tali,” kata Basri Lamasese.

Dalam kesehariannya, dia menyadap air nira pohon aren (Arenga pinnata) di kebunnya di batu manangis.

Saat memanjat pohon aren, dia juga memasang tali jerat yang memiliki 7-9 mata.

Tidak terhitung banyaknya jerat karena di kawasan batu manangis banyak terdapat pohon aren.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Regional
Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Regional
SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

Regional
Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Regional
Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Regional
Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Regional
Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Regional
Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Regional
Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Regional
Jalan Salib di Pulau Sumba, Angkat Isu Kerusakan Alam yang Jadi Masalah Zaman Modern

Jalan Salib di Pulau Sumba, Angkat Isu Kerusakan Alam yang Jadi Masalah Zaman Modern

Regional
150 Kios di Pasar Cipungara Subang Hangus Terbakar, Damkar Kesulitan Padamkan Api

150 Kios di Pasar Cipungara Subang Hangus Terbakar, Damkar Kesulitan Padamkan Api

Regional
Sebanyak 78.572 Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

Sebanyak 78.572 Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

Regional
Nyamar Jadi Sopir Ojek Online, Pria di Malang Curi Tas Pemilik Warung Nasi

Nyamar Jadi Sopir Ojek Online, Pria di Malang Curi Tas Pemilik Warung Nasi

Regional
Polresta Cirebon Siaga Kepadatan Pemudik Awal Saat 'Long Weekend'

Polresta Cirebon Siaga Kepadatan Pemudik Awal Saat "Long Weekend"

Regional
Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana Sebut Kinerja Pemprov pada 2023 Meningkat, Berikut Indikator Capaiannya

Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana Sebut Kinerja Pemprov pada 2023 Meningkat, Berikut Indikator Capaiannya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com