Ketika ia meminta makan pada orang tuanya, sang ayah menjawab bahwa tidak ada makanan dan malah menyuruhnya mencuci ijuk di laut hingga putih.
Namun karena lelah, Indra pulang dengan ijuk yang masih kotor sehingga Pak Buyung kembali memarahinya.
Dengan rasa lelah, Indra kembali ke laut untuk mencuci lagi ijuk yang dibawanya hingga benar-benar bersih.
Sepulang dari laut, Indra terkejut melihat ayah dan ibunya tertidur kekenyangan di ruang dapur dengan bekas makanan di sekitarnya.
Di periuk hanya tersisa sedikit kuah dan daging pensi bekas makanan kedua orang tuanya.
Indra sedih karena orang tuanya berbohong, namun sebagai anak yang berbakti ia hanya tidak bisa marah.
Indra pun menceritakan keluh kesahnya pada Taduang di sebuah batu besar, dan dibalas dengan bunyi kokoknya.
Tiba-tiba Taduang terbang dan membawa Indra hingga batu besarnya ikut terangkat. Makin tinggi Taduang terbang, terjadi hal yang aneh karena batu yang dibawa makin membesar.
Melihat Taduang yang semakin tidak kuat lagi, Indra menyentakkan kakinya hingga batu tersebut jatuh menghantam bukit di sekitar lautan.
Batu tersebut membentuk lubang memanjang, dan dengan cepat air dari laut menyusut memenuhi lubang dan alirannya membentuk sungai.
Sementara keberadaan Indra dan Taduang hilang tanpa jejak dan tidak diketahui keberadaannya.
Konon sejak saat itu sungai yang terbentuk disebut Sungai Batang Ombilin. Sementara air laut menjadi menyusut mengisi cekungan yang kini menjadi Danau Singkarak.
Sumber: jsni.solokkab.go.id.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.