KOMPAS.com - Rendi Kurnia, seorang sopir rental mengaku dipaksa parkir dan menyewa jip atau motor untuk menuju destinasi wisata Bungker Kaliadem di Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta.
Peristiwa tersebut terjadi saat ia mengantar dua wisatawan asal Jambi pada Kamis (26/5/2022). Ia dan dua wisatawan tersebut kemudian dicegat di tengah jalan setelah membayar retribus.
Ia kemudian dipaksa memarkirkan mobilnya lalu menyewa jip jika ingin ke Bunker Kaliadem. Rendi kemudian memilih untuk meninggalkan lokasi karena tak bisa mendapatkan penjelasan yang memuaskan.
Bungker tersebut itu dibangun pada 2001 oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dan diresmikan empat tahun kemudian.
Baca juga: Cerita di Balik Wisatawan Dipaksa Sewa Jip Saat ke Bunker Kaliadem, Camat Bongkar Modus Pelaku
Bunker Kaliadem salah salah satu daya tarik wisata pasca-erupsi Gunung Merapi.
Hal tersebut dikutip dari jurnal yang ditulis Aldi Edo Nugraha yang bejudul Desa Kepuhharjo Sebagai Daya Tarik Wisata Pasca Erupsi Merapi.
Disebutkan Kaliadem adalah kawasan hutan pinus yang memiliki luas 25 hektare dengan ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut. Letaknya ada di lereng selatan Gunung Merapi.
Secara admistrasi, Kaliadem masuk wilayah Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman atau sekitar 30 km arah utara Kota Yogyakarta.
Kawasan tersebut memiliki udara yang sejuk dengan keindahan dan keunikan alamnya.
Pada tahun 2010, Yogyakarta dikejutkan dengan meletusnya Gunung Merapi hingga menghancurkan kawasan Kaliadem dan sekitarnya.
Peristiwa yang disebut-sebut sebagai erupsi terbesar dalam 100 tahun terakhir itu merenggut lebih dari 200 nyawa termasuk Sang Juru Kunci Merapi, Mbah Maridjan.
Sekitar 400.000 jiwa mengungsi, terutama mereka yang tinggal dengan radius 20 km dari puncak Merapi
Di wilayah Kaliadem ini terdapat bunker yang dibangun oleh pemerintah yang difungsikan sebagai tempat persembunyian bagi warga setempat saat erupsi Merapi.
Baca juga: Cerita Sopir Rental Dipaksa Sewa Jip Saat Antar Wisatawan ke Bunker Kaliadem
Namun di tahun 2006 silam, saat Gunung Merapi erupsi, dua warga ditemukan tewas di dalam bunker. Diduga mereka terjebak di dalam bungker dan tewas karena suhu udara yang sangat tinggi hingga 200 derajat celsius.
Sejak saat itu, pemerintah memutuskan untuk tidak menggunakan bunker sebagai tempat berlindung saat erupsi karena risiko tinggi.