NUNUKAN, KOMPAS.com – Bencana banjir yang melanda Kecamatan Sembakung dan Sembakung Atulai di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) bukan halangan bagi puluhan pelajar menuju ke sekolah.
Para siswa SMAN I Sembakung itu berangkat dengan hanya mengenakan celana pendek dan berenang menuju jalur utama perahu. Kondisi ini tidak pernah membuat mereka mengeluh.
Beberapa dari mereka bahkan harus berangkat pagi buta. Kemudian sampai di sekolah pukul 04.00 Wita demi bisa mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN).
‘’Kami punya 24 pelajar yang ikut OSN. Beberapa dari pelajar kami, berangkat dengan berenang ke jalur kapal. Kami pihak sekolah mendayung kapal menjemput mereka,’’ujar Kepala Sekolah SMAN I Sembakung, Rohani, Jumat (27/5/2022).
Baca juga: Kisah Tamuddin, Pembudidaya Rumput Laut Pertama di Nunukan yang Sempat Dituding Gila
Sebenarnya, sejak banjir melanda Sembakung 20 Mei 2022, sekolah sudah meliburkan para siswanya. Namun, adanya OSN tanggal 24 hingga 25 Mei 2022, tentu tidak bisa diabaikan.
Sekolah pun berupaya dengan segala daya agar peserta bisa ikut untuk membuktikan kemampuan mereka di kancah nasional. Sekolah selalu menekankan semangat belajar dan persaingan sehat.
Keterbatasan sarana yang ada di perbatasan Republik Indonesia (RI) – Malaysia ini justru harus dijadikan sarana pembuktian bahwa, anak-anak di tapal batas memiliki mutu dan kompetensi yang bisa diadu dengan pelajar di kota kota besar.
"Dari 24 pelajar peserta OSN, 2 pelajar kami untuk bidang ekonomi dan kimia tidak bisa ikut. Keduanya tinggal di daerah cukup jauh dari sekolah, sementara arus sungai cukup deras dan tantangannya jiram. Itu berbahaya sekali,’’ kata Rohani.
Terharu dengan perjuangan peserta OSN
Rohani mengaku perjuangan peserta OSN di SMAN 1 Sembakung membuatnya terharu. Mereka rela berenang bertelanjang dada demi menuju kapal jemputan di jalur utama.
‘’Itu tas berisi seragam sekolah dibungkus plastik, diletakkan di kepala mereka dan diikat sedemikian rupa. Hp dibungkus dengan plastik es. Lalu berenang sama-sama dari rumah menuju perahu jemputan dari sekolah,’’ tutur Rohani.
Tak hanya itu, sejumlah pelajar yang rumahnya ada di Desa Tagul bahkan minta diantar bapaknya sejak pukul 04.00 Wita.
"Begitu saya sampai sekolah, sedihnya itu mereka bertanya, adakah makanan bu? Kami belum makan sejak pukul empat Subuh. Akhirnya kita alokasikan anggaran sekolah untuk pembelian konsumsi,’’ lanjutnya.
Anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sekolah ini, peruntukannya terbilang tidak biasa. Rohani mengatakan, sekolah harus mengeluarkan sekitar Rp 500.000 untuk sewa perahu dayung demi menjemput peserta OSN.
Sekolah juga menganggarkan pembelian bensin sebanyak 20 liter untuk genset karena listrik lumpuh akibat banjir.