Direktur Eksekutif Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia ini menerangkan, pihak kampus juga perlu memperkuat ideologi nasionalisme mahasiswanya.
Menurut Stanislaus, penyebaran paham radikal bisa meluas tatkala nasionalisme melemah dan bahkan tidak dianggap menarik oleh kalangan anak muda.
“Ini menjadi bahan introspeksi, apakah doktrinasi nasionalisme, khususnya nilai-nilai Pancasila, yang dilakukan selama ini gagal?” tuturnya.
Oleh karena itu, agar mendapat perhatian pemuda, doktrinasi ideologi Pancasila harus dikemas semenarik mungkin.
Baca juga: Polisi Tangkap Terduga Pendukung ISIS di Kota Malang
Di sisi lain, pemerintah juga harus bergerak untuk menangkal penyebaran radikalisme.
Pemerintah harus mengajak masyarakat berkolaborasi untuk menangkis paham radikal lewat kontra-narasi.
Sebelum itu, pemerintah dan masyarakat harus satu suara bahwa terorisme adalah musuh bersama dan bukan ajaran agama mana pun.
“Ketika satu suara pemahaman, melawan konten radikal akan lebih mudah,” jelasnya.
Baca juga: Terduga Simpatisan ISIS Ditangkap di Malang, Pengamat: Ancaman Terorsime di Indonesia Masih Tinggi
Dari segi teknis, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) harus bergerak memberantas konten-konten radikalisme yang menyebar secara massif di internet.
Selain pemblokiran, Kominfo juga bisa melakukan kontra-narasi dengan manggendeng anak-anak muda.
“Stakeholder bisa melakukannya dengan menggandeng anak-anak muda untuk membuat konten kontra-narasi. Banyak kan anak muda yang kontennya bagus-bagus,” sebutnya.
Baca juga: Waspada Arus Balik WNI Eks ISIS, Pakar Intelijen: Pola Radikalisasi Sudah Berubah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.