KOMPAS.com - Bentrokan antara dua perguruan silat kerap terjadi di sejumlah daerah. Perselisihan ini bahkan sampai merenggut nyawa.
Pada 10 Maret 2022, seorang tewas dalam bentrokan antarperguruan silat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Menyoal sering terjadinya konflik antarperguruan silat, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Drajat Tri Kartono, mengatakan, perlu adanya dialog, rekonsiliasi, maupun konsensus antara tetua-tetua perguruan silat.
Baca juga: 1 Orang Tewas dalam Bentrok Perguruan Silat di Banyuwangi
Pertemuan para senior itu dilakukan dengan menjunjung nilai-nilai luhur pencak silat.
Menurut Drajat, jika telah terjadi kesepahaman di tingkat tokoh atas, penyelesaian konflik di akar rumput akan lebih mudah tercapai.
Selain itu, pemerintah, perguruan tinggi, dan pihak-pihak terkait perlu berkolaborasi dengan perguruan silat untuk melakukan pendidikan kedewasaan, kepribadian, dan karakter, terutama kepada anggota perguruan silat yang baru bergabung.
Agar konflik antara perguruan silat tak lagi pecah, menurut Drajat kontrol para senior terhadap juniornya sangat dibutuhkan.
Baca juga: Agar Bentrok Tak Terulang, Akar Sejarah Konflik Antarperguruan Silat Harus Diputus
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.