Oleh karena itu, sambung Drajat, para guru seharusnya tak hanya membicarakan soal identitas dan simbol, tetapi juga nilai-nilai luhur.
Selain penanaman nilai, Drajat memandang bahwa para tetua perguruan silat harus lebih bisa melakukan pendidikan kedewassan, kepribadain, dan karakter kepada juniornya.
“Bahwa dalam sejarahnya pencak silat itu merupakan alat untuk bela negara, penegakan keadilan, dan dijelaskan bahwa pencak silat itu bukan untuk menyakiti orang lain. Nilai-nilai semacam itu perlu ditanamkan, terutama di masa-masa awal,” ucapnya.
Baca juga: Konflik Antarperguruan Silat Kerap Terjadi di Akar Rumput, Sosiolog: Mereka Belum Menghayati Nilai
Agar konflik antara perguruan silat tak lagi pecah, menurut Drajat kontrol para senior sangat dibutuhkan.
Drajat menuturkan, seharusnya dalam pergururan silat yang menggunakan sistem hierarki, pengontrolan semestinya mudah dilakukan.
“Pendekatan nilai lewat hierarki ke jalur peer group (kelompok teman sebaya) itu efektif, asalkan intensif. Para junior tentunya akan menurut dan menghormat kepada sesepuh,” ungkapnya.
Baca juga: Buntut Bentrok 2 Perguruan Silat di Madiun, Wali Kota Larang Gelar Halalbihalal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.