Kebangkitan pariwisata di Prawirotaman pada khususnya, Yogyakarta dan daerah-daerah lain di tanah air hanyalah tinggal menunggu waktu seiring dengan dibukanya kembali trayek-trayek penerbangan maskapai asing ke tanah air serta deklarasi resmi pemerintah untuk status endemi.
Begitu status Covid-19 dinyatakan sebagai endemi, maka masyarakat harus siap “kembali” dengan kehidupan normal tanpa melalaikan gaya hidup sehat yang telah dijalani selama dua tahun kemarin.
Hidup boleh kembali normal, tetapi tanpa mengendorkan protokol kesehatan. Masker memang boleh dilepas di tempat-tempat publik yang tidak ramai, tetapi alangkah lebih baik jika masker tetap dikenakan di lokasi-lokasi tertutup.
Dua tahun hidup dalam pandemi telah memberikan pelajaran yang begitu besar bagi kehidupan umat manusia.
Tentu kita semua tidak ingin mengulangi masa kelam dalam kehidupan era pageblug kemarin, begitu beda kematian dan kehidupan terasa tipis dan tidak terbayangkan sama sekali.
Pemerintah pusat maupun daerah harus mempunyai blue print strategi komunikasi pemulihan pariwisata mengingat kebutuhan orang untuk berwisata pascapandemi begitu tinggi.
Semua ingin keluar, semua ingin bebas setelah terkekang selama dua tahun di rumah atau malah sempat merasakan dirawat di ruang-ruang isolasi.
Prawirotaman, misalnya, tidak bisa dibiarkan begitu saja menerima kedatangan wisatawan tanpa ada sajian budaya yang reguler.
Festival musik, pentas seni lainnya atau kegiatan lainnya yang memberi daya tarik Prawirotaman harus digelar.
Harus ada poromosi kembali yang gencar dan masif bahwa Prawirotaman tetap layak menjadi destinasi wisata.
Larangan Pemerintah Arab Saudi melalui Direktorat Jenderal Paspor (Jawasat) yang meminta warganya untuk tidak mengunjungi Indonesia lantaran kondisi Covid-19 yang masih mengkhawatirkan seharusnya dijadikan momentum bahwa kita begitu lemah dan tidak bisa mengantisipasi perkembangan yang akan terjadi.
Sangat lucu mengingat kasus baru konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia jauh lebih rendah daripada Arab Saudi di periode 22 Mei 2022. Indonesia mencatat ada 174 kasus, sementara Arab Saudi mencapai 650 kasus (Kompas.com, 24/05/2022).
Arab Saudi begitu “getol” membuka izin masuk bagi jamaah umrah asal Indonesia mengingat devisa yang dihasilkan dari Indonesia begitu tinggi.
Data Kementerian Agama menyebut ada 41.000 jamaah umrah hingga penutupan musim umroh tanggal 31 Mei 2022 lalu (Republika.com, 27 April 2022).
Upaya yang dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang demikian gencar, harus lebih digencarkan lagi untuk menjaring calon wisatawan di masa endemi untuk lebih banyak datang ke berbagai tempat pariwisata di tanah air.
Harus diakui, sektor pariwisata begitu padat tenaga kerja dan sektor ekonomi “ikutannya” begitu besar.
Me-rebranding spot-spot wisata dengan memanfaatkan momentum endemi yang segera tiba harus benar-benar dilakukan sejak sekarang.
Sekecil apapun event yang dilakukan perorangan atau institusi di sebuah lokasi wisata, ikut memantik sektor-sektor yang lain.
Saya pun sepakat dengan rekan sejawat penggiat komunikasi praksis Yogyakarta, Yudah Prakosa menghelat diskusi di sebuah warung kopi di Yogyakarta akhir bulan ini.
Memang, kangen sudah terlanjur melekat di Yogyakarta. Tidak hanya sekeadar kisah antara aku, kau dan tentu saja Yogya.
“Dalam nyanyian anak kecil di angkringan tugu Yogya, aku perhatikan wajahmu tersenyum. Sebab, engkau mendengarkan anak kecil menyanyikan lagu tentang Yogya, hujan, dan kenangan.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.