Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kangen: Kisah Antara Aku, Kau dan Yogya

Kompas.com - 25/05/2022, 06:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak hanya caffee, es krim gelato, aneka masakan asing pun tersaji di berbagai resto dan rumah makan yang unik.

Masakan dari Italia, Korea, Jepang, bahkan Mexico dijual di Kawasan Prawirotaman. Untuk nasi goreng kampung yang lezat, harga sepiring Rp 13.000 masih dijumpai di Prawirotaman.

Pamor Prawirotaman semakin terangkat karena sebagian pengambilan visual film Ada Apa Dengan Cinta 2 dengan tokoh Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) yang dibesut sutradara Riri Riza berlokasi di sana.

Kedai Sellie Coffee dan Hotel Greenhost Boutique di Jalan Gerilya atau Prawirotaman II menjadi ikonik film tersebut yang sempat digandrungi anak-anak muda pada 2016.

Pra Pandemi, Pandemi dan Pasca-Pandemi

Sebelum pandemi, Prawirotaman begitu bergeliat. Pembangunan hotel, tempat penginapan sederhana, aneka rumah makan, galeri seni, butik, usaha laundry, tempat pijat hingga jasa rental transportasi begitu semarak.

Tidak ada yang menyangka roda kehidupan sontak berubah di 2020 tepatnya di bulan Maret dan April.

Saya yang menginap di Prawirotaman pada 2018 dan 2019 masih merasakan denyut kehidupan “normal” dan begitu mudah menemukan wisman dan rombongan anak sekolah dari berbagai daerah yang datang.

Antrean pembeli es krim gelato begitu panjang sehingga calon pembeli harus sabar menunggu giliran tiba.

Mengunjungi Prawirotaman pada 2020 dan 2021 saat pandemi Covid-19 memburuk, saya begitu sedih melihat keterpurukan usaha dan kemuraman wajah-wajah pelaku pariwisata yang mengandalkan kehidupan dari kedatangan wisman dan wisnus.

Satu per satu usaha bertumbangan dan yang memilih bertahan hanyalah untuk tetap berharap ada pemasukan.

Usaha-usaha perhotelan dan penginapan sederhana ada yang tutup atau menempuh cara pengurangan karyawan agar tetap eksis.

Mengandalkan tamu yang menginap hanyalah dianggap sebagai hiburan mengingat jarangnya wisatawan yang datang.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi alarm kematian pelaku usaha karena membatasi ruang gerak mencari penghasilan. Sudah yang datang sedikit, jam operasional buka pun terbatas.

Sedangkan menyambangi Prawirotaman di masa sekarang ini, begitu berbeda. Ada optimisme sekaligus kebangkitan warga di semua sektor kehidupan.

Kehidupan berangsur normal dan kembali pulih walau belum 100 persen seperti sedia kala di masa sebelum pandemi datang.

Beberapa galeri batik masih tutup dan beberapa rumah makan juga belum beroperasi kembali.

Turis-turis mancanegara mulai ramai menginap di Prawirotaman, demikian juga rombongan wisata pelajar dan komunitas mulai menyesaki Prawirotaman terutama di akhir minggu.

Bus-bus pariwisata silih berganti datang dan pergi. Berbagai jenis usaha seperti perhotelan, rumah makan dan usaha-usaha yang lain mulai menerima pekerja baru. Ada senyum sekaligus tawa sembari rasa syukur dari warga Prawirotaman.

Kalau saya tanyakan ke warga di Prawirotaman, mengapa pariwisata di Prawirotaman bisa bangkit kembali seperti sediakala?

Umumnya mereka mengakui keberhasilan vaksinasi yang gencar dilakukan aparat pemerintah serta perilaku hidup sehat seperti mematuhi protokol kesehatan menjadi kunci kebangkitan ekonomi di tataran bawah.

Harus diakui, langkah pemerintah dalam mengedukasi warga mengenai pandemi Covid-19 cukup berhasil.

Pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun tentu dirasakan dampaknya begitu hebat di masyarakat sehingga kejadian tersebut memberikan pelajaran yang berharga di kemudian hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com