Praktik baik penanganan pandemi Covid-19 dengan percepatan vaksinasi dilakukan di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng). Mulai dari jemput bola hingga ke rumah warga dan pos ronda, gerak cepat pemerintah kelurahan, serta keterbukaan informasi. Seperti apa hasilnya?
SOLO, KOMPAS.com - Capain vaksinasi Covid-19 dosis booster di Solo hingga pertengahan Mei menjadi yang tertinggi di Provinsi Jateng.
Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, persentase capaian vaksinasi dosis booster di Kota Bengawan per 10 Mei 2022, sudah menyentuh angka 52,34 persen atau 218.322 jiwa dari target.
Capaian ini lebih banyak dibandingkan dengan yang dimiliki Ibu Kota Provinsi Jateng, yakni Kota Semarang yang menempati urutan kedua dan Kota Magelang yang menempati urutan ketiga. (persentase capaian vaksinasi Covid-19 per kota/kabupaten di Jateng bisa dilihat di tabel)
Kepala Dinkes Jateng, Yunita Dyah Suminar, mengapresiasi capaian vaksiasi Covid-19 di Solo yang tinggi ini.
Menurut dia, strategi vaksinasi yang dilakukan di Kota Solo dengan menyisir warga ke tiap-tiap RW sangat baik untuk dijadikan sebagai contoh oleh daerah-daerah lain.
Baca juga: Jemput Bola Vaksinasi Covid-19 hingga ke Pos Ronda, Belajar dari Solo...Bagian (1)
“Ada daerah lain (di Jateng) yang sudah melakukan hal yang sama dengan Solo untuk jemput bola, tetapi belum optimal dan ada faktor kesadaran masyarakat juga. Ini perlu dorongan khusus,” kata dia, saat dihubungi, Rabu (11/5/2022).
Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih, menyampaikan, pemkot sedari awal adanya program pemberian vaksin Covid-19, telah mengupayakan implementasi sistem jemput bola untuk mempercepat cakupan vaksinasi.
Menurut dia, tak bisa pemkot hanya mengandalkan kehadiran warga di faskes yang tersedia jika ingin mendapatkan capaian vaksinasi yang tinggi.
Meskipun, kata Ning, sapaan akrab Kepala DKK, pemkot sudah melakukan berbagai upaya sosialisasi terkait pentingnya vaksinasi maupun bahaya Covid-19 kepada masyarakat.
Jadi, kata dia, pemkot harus turun ke lapangan, menyediakan lebih banyak layanan vaksinasi untuk warga.
“Intinya kami jemput bola. Ketika situasinya sudah memungkinkan, kami bikin layanan (vaksinasi) sampai ke lingkungan RW-RW, ke mal-mal, ke pasar-pasar, ke pusat keramaian. Pokoknya, segala upaya kami lakukan untuk kebut vaksinasi,” kata Ning, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu.
Dalam melakukan upaya jemput bola ini, pemkot turut memanfaatkan armada bus sebagai bagian dari inovasi.
Di mana, pemkot sejak awal 2021 lalu telah menyulap beberapa bus yang tadinya biasa dipakai untuk IVA tes mendeteksi mendeteksi kanker leher rahim, menjadi bus vaksinasi Covid-19.
Baca juga: Bakal Terbang ke Paris, Gibran Akan Pamerkan UMKM Kota Solo
Dengan bus ini, pemkot jadi bisa menyasar lapisan masyarakat lebih luas dan dalam.
Bus vaksinasi utamanya dikerahkan pemkot untuk bisa memberikan pelayanan vaksinasi di kantor kelurahan dan kantor kecamatan secara bergiliran.
Tetapi, dalam perjalanannya, bus juga telah diberhentikan di banyak lokasi lain. Ini termasuk warung-warung yang berpotensi memiliki kerumunan.
Seperti yang terjadi pada 30 Juni 2021. Saat itu, bus dikerahkan ke warung Wedangan Pak Basuki di Laweyan untuk menyasar vaksinasi lansia.
Sementara pada 13 Juli, bus diparkir di perempatan Ngarsopuro (pusat kota) dan pada 19 Agustus bus diparkirkan di halaman gedung pertemuan Dhe Lawang Djoendjing untuk membagikan kuota 150 vaksin bagi warga lansia ber-KTP Solo.
Di samping menerapkan sistem jemput bola dengan menggelar kegiatan di kampung-kampung, door-to-door ke rumah warga, wisata vaksinasi (vaksinasi di tempat wisata), dan menyiapkan bus khusus, pemkot juga telah menyediakan sentra vaksinasi di Gedung Grha Wisata Niaga untuk menggenjot upaya pemberian vaksin.
Sentra vaksinasi membuka layanan setiap hari pada Senin-Sabtu pukul 08.00-11.00 WIB untuk menambah peran puskesmas di wilayah.
Pada momen tertentu, seperti pada Ramadhan kemarin, sentra vaksinasi bahkan dibuka juga pada malam hari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Sentra vaksinasi menyediakan kuota harian rata-rata hingga 200 vaksin.
“Intinya, segala upaya kami tempuh dengan bersama-sama. Dari TNI juga (vaksinasi) ke daerah-daerah. Polri juga menyasar ke keramaian. Kami sendiri memiliki 39 faskes yang saat ini siap memberikan vaksin booster. Harapan kami, masyarakat bisa lebih pro-aktif,” ungkap dia.
Baca juga: Siswa di Solo Tetap Wajib Pakai Masker di Sekolah
Dinkes Jateng mencatat per pertengahan Mei, capaian vaksinasi dosis 1 di Solo telah mencapai 144,46 persen dari 599.692 jiwa (tertinggi ketiga di Jateng). Sedangkan untuk vaksin dosis 2 sudah mencapai 135,87 persen dari target 562.486 jiwa (tertinggi kedua di Jateng).
Jika dibandingkan, persentase capaian vaksinasi di Solo ini masih jauh lebih tinggi daripada yang dimiliki tingkat nasional, baik itu untuk dosis 1, dosis 2, maupun dosis booster.
Per 10 Mei pukul 18.00 WIB, pemerintah pusat melaporkan, jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi dosis 1 ada sebanyak 199.352.565 orang atau 95,72 persen dari total target sasaran vaksinasi.
Sedangkan, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis kedua ada sebanyak 165.707.687 orang atau 79,57 persen.
Sementara itu, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis ketiga yaitu 41.133.856 orang atau 19,75 persen.
Pemerintah pusat telah menetapkan sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 orang.
Ning meyakini tingginya capaian angka vaksinasi di Kota Solo berdampak positif terhadap temuan kasus Covid-19 di masyarakat.
Di mana, sejalan dengan peningkatan cakupan vaksinasi warga, temuan kasus positif virus corona di Kota Bengawan semakin ke sini kian turun.
Sebagai contoh, dalam periode 1-10 Mei, Satgas Covid-19 Solo hanya melaporkan temuan 2 kasus baru Covid-9. Itu terjadi pada 4 Mei. Selebihnya, Satgas Covid-19 tak menemukan kasus baru.
Positivity rate kasus positif Covid-19 di Solo dalam periode 1-10 Mei hanya 0,18 persen (berdasarkan tes PCR, TCM, dan usap antigen).
Angka ini masih lebih rendah dari tingkat nasional. Angka positivity rate kasus positif Covid-19 nasional pada 9 Mei tercatat mencapai 0,21 persen (berdasarkan tes PCR, TCM, dan usap antigen).
Dalam 1-10 Mei, Satgas Covid-19 pun tak sama sekali menemukan kasus kematian baru akibat Covid-19.
Hingga 10 Mei, Solo total telah mencatatkan temuan kasus Covid-19 sebanyak 35.400 jiwa, 34.208 sembuh, dan 1.229 meninggal dunia.
Ning mengaku selama ini selalu menumbuhkan pemahaman kepada para karyawan di lingkungan DKK bahwa ketika cakupan vaksinasi Covid-19 di Solo rendah, maka para karyawan sendiri yang akan merasakan kerugian.
Sebab, kondisi itu bisa meningkatkan kemungkinan lebih banyak orang terpapar virus corona dan positif Covid-19 yang harus ditangani.
Baca juga: Bus Tingkat Werkudara Kota Solo: Harga Tiket, Rute, dan Cara Reservasi
Oleh sebab itu, Ning mengajak para petugas bersama-sama mendorong cakupan vaksinasi Covid-19.
“Kalau kemungkinan terpapar Covid-19-nya tinggi, kasus positifnya bisa banyak. Jika seperti ini, kita yang capek sendiri. Ini salah satu motivasi saya ke karyawan untuk menggenjot vaksinasi,” ujar dia.
Ning menyampaikan, pada dasarnya dinamika temuan kasus Covid-19 di Solo tak jauh berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Ada kalanya tinggi, ada kalanya juga rendah.
Angka positivity rate kasus Covid-19 di Solo pernah lebih tinggi juga dari angka nasional. Bahkan, bed occupation rate (BOR) di rumah sakit (RS) di Solo untuk pasien Covid-19 pernah mencapai 70 persen pada Juli 2021.
Menurut dia, angka temuan kasus Covid-19 di Solo selama ini juga dipengaruhi oleh capaian vaksinasi di daerah sekitar.
Beberapa daerah lain di eks-Karesidenan Surakarta diketahui belum memiliki cakupan vaksinasi setinggi Solo.
Ning merasa, sangat mungkin bagi orang dari luar daerah yang belum divaksinasi datang dan menularkan Covid-19 di wilayah Solo.
Bagaimanapun, Solo masih menjadi pusat aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Soloraya.
“Jadi, menurut saya, ya ayo bersama-sama kita berjuang. Enggak ada artinya cakupan vaksinasi Solo naik sendiri. Artinya, Soloraya, Jateng, Indonesia harus bareng-bareng. Punya semangat menggenjot vaksinasi. Sekarang ini ketersediaan vaksin kan sudah tak ada kendala,” ungkap dia.
Begitu juga terkait BOR RS untuk pasien Covid-19 dan angka kematian akibat Covid-19 di Solo.
Menurut dia, tingginya BOR RS maupun angka kematian Covid-19 di Solo beberapa kali dipengaruhi oleh kedatangan pasien dari luar daerah.
Beberapa RS di Solo adalah RS rujukan. Misalnya, RSUD Dr Moewardi yang merupakan RS kelas A.
Solo juga punya tiga RS kelas B, yakni RS Dr Oen Kandang Sapi, RS PKU Muhammadiyah Solo, dan RS Kasih Ibu.
Menurut Ning, data dari pemerintah pusat bahkan pernah menyebutkan angka kematian Covid-19 di Solo tembus 100 orang per hari pada tahun lalu.
Setelah ditelisik, banyak dari mereka ternyata bukan penduduk Solo dan tidak domisili Solo. Ini terjadi karena belum meratanya akses kesehatan di daerah.
Baca juga: Soal Kebijakan Jokowi Perbolehkan Tak Pakai Masker Saat di Luar Ruangan, Sekda Solo: Iya Kita Ikuti
“Risiko di kota besar ya begini. Kasus Covid-19 di warga rendah, tapi BOR bisa tinggi karena rujukan dari daerah lain. RS Moewardi itu kan rujukan regional, bukan hanya sering menerima pasien dari Soloraya, tapi juga dari Jateng bagian selatan. Bahkan ada yang dari Jatim. RS kan enggak boleh menolak pasien,” kata Ning, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Solo itu.
Sumber: Dinkes Jateng
Baca juga bagian 1: Jemput Bola Vaksinasi Covid-19 hingga ke Pos Ronda, Belajar dari Solo...(Bagian 1)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.