Praktik baik penanganan pandemi Covid-19 dengan percepatan vaksinasi dilakukan di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng). Mulai dari jemput bola hingga ke rumah warga dan pos ronda, gerak cepat pemerintah kelurahan, serta keterbukaan informasi. Seperti apa hasilnya?
SOLO, KOMPAS.com – Puluhan orang berduyun-duyun mendatangi rumah Sri Haryanto (70) di Kampung Tegalharjo, RW 003 RW 011 Kelurahan Joglo, Banjarsari, Solo, pada Selasa (10/5/2022) pagi.
Lebih banyak dari mereka datang dengan berjalan kaki daripada naik kendaraan.
Agung Sutaryanto (50) dan Dwi Darmini (51) termasuk di antaranya. Jarak yang dekat membuat pasangan suami istri itu berpikir tak perlu repot-repot pakai sepeda motor.
Rumah mereka berada di RT 002 RW 011 Kelurahan Banjarsari, hanya berjarak sekitar 350 meter dari lokasi tujuan.
Kedatangan Agung dan Dwi ke rumah salah satu tokoh masyarakat Solo yang akrab disapa Pak Gareng saat itu adalah untuk mengakses layanan vaksinasi Covid-19 dosis lanjutan (booster).
Baca juga: Siswa di Solo Tetap Wajib Pakai Masker di Sekolah
Kegiatan tersebut diadakan oleh UPTD Puskesmas Gambirsari. Keduanya pun mengaku sangat terbantu dengan penyediaan layanan vaksinasi dengan sistem jemput bola itu.
Agung dan Dwi sudah menerima vaksin dosis lengkap sejak September 2021. Mereka mengaku paham betul akan manfaat vaksin dosis booster, yaitu untuk semakin meningkatkan imunitas tubuh dalam melawan virus corona.
Tetapi, keduanya memilih tak langsung mengaksesnya pada awal Maret.
Dua bulan lalu, Dwi telah diberi tahu oleh kader kesehatan di tempat tinggalnya bahwa penyuntikan vaksin dosis booster bagi lansia dan masyarakat umum bisa diberikan minimal 3 bulan setelah menerima vaksinasi dosis kedua, tidak lagi 6 bulan.
Namun, dia saat itu berpikir pasti akan ada banyak orang lain yang ingin juga segera mendaftar vaksinasi booster di puskesmas.
Dwi dan Agung khawatir menghadapi antrean panjang layanan vaksinasi karena bisa membuat mereka tak bisa berjualan optimal untuk menyambung hidup.
Di samping itu, Dwi mengaku masih sedikit cemas ketika harus mendatangi fasilitas kesehatan di tengah pandemi.
Ini terkait dengan potensi yang lebih besar untuk bisa tertular Covid-19 maupun penyakit lain dari orang yang berobat.
Sebelum ini, dia sebenarnya pernah juga mendapatkan informasi terkait agenda vaksinasi Covid-19 booster yang diadakan di luar puskesmas.
Tetapi, karena berbagai pertimbangan, termasuk lokasinya yang dirasa masih cukup jauh dari rumah, Dwi baru mengakses vaksin ketiga kali ini.
“Layanan vaksinasi seperti ini (jemput bola) jelas sangat membantu warga karena praktis. Kami jadi tak perlu pergi ke puskesmas,” kata Dwi, saat ditemui Kompas.com setelah disuntik vaksin booster.
Sama seperti sebelum-sebelumnya, Dwi mendapat informasi agenda vaksinasi kali ini dari grup WhatsApp (WA) ibu-ibu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat RW yang dibagikan oleh kader kesehatan.
Suaminya juga mendapatkan informasi tersebut. Bedanya, Agung memperolehnya dari grup WA bapak-bapak RT.
“Informasi program atau imbauan dari pemerintah kan selalu disebar di grup WA. Kalau pas ada agenda pertemuan, pengurus (PKK dan Posyandu) biasanya akan menyampaikannya juga secara langsung. Dari situ, kami (sebagai warga) jadi tahu apa-apa yang terjadi,” ungkap Dwi.
Pada hari itu, total ada 79 orang yang mengakses layanan vaksinasi booster di rumah Pak Gareng.
Dari jumlah tersebut, 54 orang di antaranya adalah masyarakat usia 18 tahun ke atas, 19 orang termasuk kelompok pra-lansia, dan 6 orang lansia.
Sebagian besar adalah penduduk Kelurahan Joglo atau warga sekitar.