PENAJAM PASER UTARA, KOMPAS.com - Ada pemandangan menarik ketika tim Kompas.com, Fabian Januarius Kuwado, Ardi Priyatno Utomo, dan Zakarias Demon Daton melintasi jalan di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Di sebelah kiri jalan, tim melihat dua ekor beruk tengah berjalan. Salah satunya sempat berhenti dan mendekat ketika mobil tim berhenti.
Pradarma Rupang, Dinamisator Jaringan Advokasti Tambang (Jatam) Kaltim mengatakan, beruk tersebut memang kerap mendekati mobil yang lewat.
Baca juga: 48,2 Persen Masyarakat Meminta Pemindahan IKN Ditunda, Ini 4 Aspek Hasil Survei APSSI
Biasanya, pengguna jalan akan melemparkan makanan kepada hewan yang mempunyai nama Latin Macaca nemestrina itu.
Namun menurut Rupang, sapaan akrabnya, ada hal lebih pelik yang menimpa beruk di kawasan yang masuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Kepada Kompas.com, habitat primata itu masuk ke dalam Taman Hutan Raya (Tahura) yang berlokasi di wilayah Bukit Soeharto.
Rupang menuturkan, perilaku primata dengan nama lain kera ekor babi itu tidak saja terjadi karena manusia melemparkan makanan kepadanya.
Dalam pandangannya, habitat beruk itu terimbas oleh status Hutan Tanaman Industri (HTI).
"Menurut saya bukan hanya beruk. Satwa lainnya seperti babi (hutan) terdampak. Tapi yang paling terlihat adalah bagaimana beruk itu kesulitan mencari makan dan akhirnya turun ke jalan," paparnya.
Baca juga: Kendaraan Tanpa Awak Akan Jadi Tulang Punggung Transportasi di IKN Nusantara
Rupang menjelaskan, karena kera itu keluar dari hutan habitatnya dan bersinggungan dengan manusia, sebagian warga menganggap mereka adalah hama.
Dia mengatakan, dia sering mendengar cerita warga bagaimana beruk masuk ke ladang atau dapur, dan mencuri makanan mereka.
Karena itu, sebagian warga ada yang mencoba mengusir binatang itu. Salah satunya menanam tanaman yang tidak akan diambil beruk.
Selain itu, warga setempat ada juga yang beramai-ramai mengusir beruk. "Tidak ada pilihan lain. Ekosistem mereka diganggu sehingga mereka mendekati masyarakat," kata Rupang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.